ASUHAN KEBIDANAN IBU HAMIL PATOLOGI PADA NY. I DENGAN MOLA HIDATIDOSA DI
RUANG CEMPAKA RSUD KRATON
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di Indonesia masalah ibu dan anak merupakan sasaran prioritas
pembangunan bidang kesehatan. Angka kematian ibu merupakan salah satu indikasi
yang menentukan derajat kesehatan suatu bangsa, oleh sebab itu hal ini
merupakan prioritas dalam upaya peningkatan status kesehatan masyarakat yang
utama di negara kita.
Upaya kesehatan reproduksi salah satunya menurunkan angka kesakitan dan
kematian ibu hamil dan bersalin. Adapun penyebab langsung dari kematian ibu di
indonesia adalah trias klasik yaitu perdarahan, infeksi, toksemia gravidarum.
Salah satu penyebab perdarahan
saat kehamilan adalah mola hidatidosa
merupakan penyakit wanita pada masa reproduksi(usia 15-45 tahun) dan pada
multipara. Mola hidatidosa adalah kehamilan abnormal, dengan ciri-ciri stroma
villus korialis langka vaskularisasi, dan edematus, janin biasanya meninggal ,
akan tetapi vilus-vilus yang membesar dan edematus itu hidup dan tumbuh terus
gambaran yang diberikan ialah sebagai segugus buah anggur.(Sarwono,2008)
Prevalensi
mola hidatidosa lebih tinggi di Asia,Afrika, dan Amerika Latin dibandingkan
dengan negara-negara barat. Di negara-negara barat dilaporkan 1:200 atau 2000
kehamilan. Di negara berkembang 1:100 atau 600 kehamilan. Soejoenos dkk.(1967)
melaporkan 1:85 kehamilan; RS Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta 1: 31 persalinan dan 1:49 kehamilan;
Luat A.Siregar(Medan) tahun 1982: 11-16 per 1000 kehamilan; soetomo
(Surabaya): 1:80 persalinan; Djamhoer
Martaadisoebrata (Bandung): 9-21 per
1000 kehamilan. Biasanya dijumpai lebih sering pada umur reproduktif (15-45
tahun); dan pada multipara. Jadi dengan meningkatnya parietas kemungkinan
menderita mola akan lebih besar.(pudiastuti, 2012)
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu memberikan asuhan kebidanan
pada ibu hamil dengan mola hidatidosa dan didokumentasikan dalam bentuk soap.
2. Tujuan Khusus
a.
Mampu melakukan pengkajian pada ibu
dengan mola hidatidosa.
b.
Mampu menginterpretasikan data untuk
menegakkan diagnosa pada ibu dengan mola hidatidosa.
c.
Mampu mengidentifikasi diagnosa dan
masalah potensial serta tindakan segera pada ibu dengan mola hidatidosa.
d.
Mampu memberikan intervensi yang
tepat pada ibu dengan mola hidatidosa.
e.
Mampu mengimplementasikan tindakan
sesuai standar asuhan berdasarkan intervensi yang diberikan.
f.
Mampu melakukan evaluasi terhadap
asuhan yang telah diberikan.
C.
Manfaat
1) Bagi Lahan
Praktek
Sebagai bahan masukan agar dapat meningkatkan mutu pelayanan kebidanan
melalui pendekatan asuhan kebidanan.
2) Bagi Institusi
Pendidikan
Memberikan konstribusi terhadap pengimbangan ilmu pengetahuan kebidanan
untuk meningkatkan kesehatan.
3) Bagi Klien
Mendapatkan asuhan kebidanan sesuai dengan standar pelayanan kebidanannya
merupakan hak pasien.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Mola Hidatidosa
1.
Definisi
Hamil
mola adalah suatu kehamilan dimana setelah fertilisasi hasil konsepsi tidak
berkembang menjadi embrio tetapi terjadi proliferasi dari villi korialis
disertai dengan degenerasi hidropik. Uterus melunak dan berkembang lebih cepat
dari usia gestasi yang normal, tidak dijumpai adanya janin, kavum uteri hanya
terisi oleh jaringan seperti rangkaian buah anggur.(Sarwono.2008)
Mola hidatidosa merupakan
penyimpangan pertumbuhan dan perkembangan kehamilan yang tidak disertai janin
dan seluruh villi korialis mengalami perubahan hidropik. (Manuaba.2009 )
hidatidosa
adalah kehamilan abnormal yang pada pemeriksaan histologi menunjukkan
proliferasi sel trofoblas. Setinggi 80% pasien mola hidatidosa akan mengalami
regresi setelah evakuasi,regresi spontan
setelah evucuation terjadi karena sel-sel trophoblostic memiliki aktivitas
apoptosis. Setinggi 20% dari pasien mola hidatidosa menderita degenerasi
keganasan yang secara klinis dikenal sebagai penyakit trofoblas ganas (MTD).( http://isjd.pdii.lipi.go.id/)
2.
Etiologi
Penyebab mola hidatidosa tidak diketahui, faktor-faktor yang dapat
menyebabkannya antara lain:
a)
Faktor ovum: ovum memang sudah patoiogik sehingga mati, tetapai
terlambat dikeluarkan.
b)
Imunoselektif dari trofoblast
c)
Keadaan sosio-ekonomi yang rendah
d)
Paritas tinggi
e)
Kekurangan protein
f)
Infeksi virus dan faktor kromosom yang belum jelas.(Pudiastuti,2012).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Prof.
Andrijono,SpOG (K) konsultan onkologi ginekologi FKUI. Menyatakan bahwa salah satu yang diduga kuat sebagai penyebab
terjadinya hamil anggur adalah kekurangan vitamin A. Pada penelitian ini,
menemukan bahwa kadar vitamin A dalam darah penderita hamil anggur lebih rendah
dibandingkan perempuan dengan kehamilan normal.Penelitian ini juga memperlihatkan
bahwa risiko seorang perempuan hamil menderita hamil anggur adalah 6,8 kali
lebih besar jika kadar vitamin A dalam darahnya kurang. Risiko itu dapat
meningkat 7 kali jika kehamilan tersebut merupakan kehamilan yang pertama . (http://www.jurnalmedika.com/)
Tingginya angka kejadian kehamilan molar
dalam beberapa populasi telah dikaitkan dengan faktor-faktor sosial ekonomi dan
gizi. Studi kasus-kontrol di kedua negara Italia dan Amerika Serikat
menunjukkan bahwa asupan makanan rendah lemak karoten dan hewan mungkin terkait
dengan peningkatan risiko dari mola. (http://www.nejm.org/)
3.
Gejala Klinis
a. Amenore dan tanda-tanda kehamilan
b. Perdarahan tidak teratur atau spoting
c. Pembesaran abnormal uterus
d. Pelunakan servik dan korpus uterus
e. Mual dan muntah lebih hebat dan sering
f. Tinggi
fundus uteri dapat lebih tinggi dari umur kehamilan sebenarnya
g. Keadaan umum buruk dan disertai pengeluaran
gelembung mola
Pada pemeriksaan
kehamilan tidak dijumpai tanda-tanda hamil pasti seperti ballotemen, teraba
kerangka janin, dan tidak terdengar detak jantung janin.
Dugaan penyakit mola dapat dipastikan dengan
melakukan pemeriksaan kadar hormon korion gonadotropin dalam darah maupun dalam
urine. Peningkatan kadarnya sekitar hari ke 100 sangat besar kemungkinan mola
hidatidosa. Dengan menggunakan ultrasonografi menunjukan tidak dijumpai
kerangka janin.
4. Patofisiologi
Jonjot-jonjot korion imbuli berganda dan mengandung cairan merupakan
kista-kista kecil seperti anggur. Biasanya didalamnya tidak berisi embrio.
Secara histopatologik kadang-kadang ditemukan jaringan mola pada plasenta
dengan bayi normal. Bisa juga terjadi kehamilan ganda mola adalah: satu janin
tumbuh dan yang satu lagi menjadi mola hidatidosa. Gelembung mola besarnya
bervariasi, mulai dari yang kecil sampai berdiameter lebih dari 1cm. Mola
persialis adalah bila dijumpai janin dan gelembung-gelembung mola.
Secara mikroskopik terlihat trias:
a)
Profilerasi
dari trofoblas
b)
Degenerasi
hidropik dari stroma villi dan kesembaban
c)
Terlambat
atau hilangnya pembuluh darah dan stroma
Sel-sel langhas tampak seperti
sel polidral dengan inti terang dan adanya sel sinsisial giantik(syncytial
giant cells). Pada kasus mola banyak kita jumpai ovarium dengan kista lutein
ganda berdiameter 10cm atau lebih (25-60%). Kista lutein akan berangsur-angsur
mengecil dan kemudian hilang setelah mola hidatidosa sembuh.(Pudiastuti,2012)
Kehamilan molar adalah istilah yang
menggambarkan gangguan anatomi vili yang mencakup anomali patologis
perkembangan trofoblas. Analisis biokimia cairan yang terkandung dalam vesikel
molar menunjukkan bahwa itu berasal dari difusi plasma ibu dan akumulasi
protein trofoblas tertentu. Dalam kasus mol terkait dengan perkembangan janin
atau presentasi dengan sisa-sisa janin komposisi vesikel molar tidak berubah
oleh bentuk metabolisme janin. Temuan biokimia menunjukkan bahwa hidropik
(hidatidosa) transformasi hasil mesenkim vili dari pembangunan yang menyimpang,
kurangnya atau regresi dari pembuluh darah vili yang membuat pengaliran cairan
disediakan oleh trofoblas . Fakta bahwa ringan sampai sedang edema vili umum
sering ditemukan setelah kematian embrio atau janin awal mendukung konsep ini
dan menyoroti fakta bahwa perubahan vili hidropik tidak identik dengan
perubahan molar benar.(http://journals.cambridge.org)
5. Penatalaksanaan mola hidatidosa
Berhubung
dengan kemungkinan bahwa mola hidatidosa menjadi ganas, maka terapi yang
terbaik pada wanita dengan usia yang sudah lanjut dan sudah mempunyai jumlah
anak yang diingini, ialah histerektomi. Akan tetapi pada wanita yang masih
menginginkan anak, maka setelah kita mendiagnosis mola dipastikan, dilakukan
pengeluaran mola dengan kerokan isapan (sunction curettage ) disertai dengan
pemberian infus oksitosin intravena. Sesudah itu dilakukan kerokan dengan kuret
tumpul untuk mengeluarkan sisa-sisa konseptus, kerokan perlu dilakukan
hati-hati berhubung dengan bahaya perforasi.
Tujuh
sampai sepuluh hari sesudahnya itu dilakukan kerokan ulangan dengan kuret
tajam, agar ada kepastian bahwa uterus betul-betul kosong, dan untuk memeriksa
tingkat proliferasi sisa-sisa trofoblas yang dapat ditemukan. Makin tinggi
tingkat itu, makin perlu untuk waspada terhadap kemungkinan keganasan.
Sebelum
mola dikeluarkan, sebaiknya dilakukan pemeriksaan roentgen paru-paru untuk
menentukan ada tidaknya metastasis ditempat tersebut.
Setelah mola dilahirkan, dapat ditemukan bahwa
kedua ovarium membesar menjadi kista teka-lutein. Kista-kista ini yang tumbuh
karena pengaruh hormonal, kemudian mengecil sendiri.
Penanganan Khusus :
·
Segera lakukan evakuasi jaringan mola dan
sementara proses evakuasi berlangsung berikan infus oksitosin dalam 500 ml NS
atau RL dengan kecepatan 40-60 tpm
·
Pengosongan dengan aspirasi vacum lebih aman
dari kuretase tajam
·
Kenali dan tangani komplikasi penyerta seperti
tiritoksikosis,atau krisis tiroid baik sebelum, selama dan setelah prosedur
evakuasi
·
Anemia sedang cukup diberikan sulfas ferosus
600 mg/hari, untuk anemia berat lakukan transfusi
·
Kadar HCG diatas 100.000IU/L pra evakuasi
dianggap sebagai resiko tinggi untuk perubahan ke arah ganas, pertimbangkan
untuk memberikan methotrexate (MTX ) 3-5 mg/Kg BB atau 25 mg IM dosis tunggal
·
Lakukan pemantauan kadar HCG hingga minimal 1
tahun pasca evakuasi
·
Selama pemantauan, pasien dianjurkan untuk
menggunakan kontrasepsi hormonal ( apabila masih ingin anak ) tubektomi apabila
ingin menghentikan fertilisasi.
6.
Komplikasi Mola Hidatidosa
-Perdarahanhebat
-Anemis
-Syok
-Infeksi
-Perforasiuterus
- Keganasan (PTG)
-Anemis
-Syok
-Infeksi
-Perforasiuterus
- Keganasan (PTG)
B. Menejemen Asuhan Kebidanan
Manajemen
asuhan kebidanan atau sering disebut manajeman kebidanan adalah suatu metode
berpikir dan bertindak secara sistematis dan logis dalam memberikan asuhan
kebidanan agar menguntungkan kedua belah pihak baik klien maupun pemberi
asuhan. Manajemen kebidanan diadaptasi dari sebuah konsep yang dikembangkan
oleh Helen Varney dalam buku Varney’s Midwifery, edisi ketiga tahun 2001,
menggambarkan proses manajemen asuhan kebidanan yang terdiri dari 7 langkah
yang berturut secara sistematik dan siklik.
a.
Langkah Pertama : Mengumpulkan data bank melalui
anamnesa, dan pemeriksaan yang
dibutuhkan untuk informasi yang akurat dan lengkap dari semua sumber
yang berkaitan dengan kondisi klien.
b.
Langkah Kedua : Menginterprestasikan data dengan
tepat untuk mengindentifikasi masalah atau diagnosa. Pada langkah ini
diidentifikasi terhadap diagnosa atau masalah berdasarkan interprestasi yang
akurat atas data-data yang telah dikumpulkan
c.
Langkah Ketiga : Mengindentifikasi masalah atau
diagnosa / mungkin timbul untuk mengantisipasi penanganannya. Pada langkah ini
kita mengidentifikasi masalah potensial atau diagnosa potensial berdasarkan
diagnosa / masalah yang sudah diidentifikasi.
d.
Langkah Keempat : Menetapkan kebutuhan tahap
tindakan segera, untuk melakukan kesehatan lain berdasarkan kondisi klien. Pada
langkah keempat mencerminkan kesinambungan dari proses penatalaksanaan
kebidanan sebelumnya.
e.
Langkah Kelima :
Menyusun rencana asuhan secara menyeluruh dengan tempat dan rasional
berdasarkan keputusan yang dibuat pada langkah-langkah sebelumnya. Pada langkah
ini direncanakan asuhan yangh menyeluruh ditentukan oleh langkah-langkah
sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan penatalaksanaan terhadap masalah
atau diagnosa yang telah diidentifikasikan atau diantisipasi.
f.
Langkah Keenam :
Pelaksanaan pemberian asuhan dengan memperhatikan efisiensi dan keamanan
tindakan. Pada langkah ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah
diuraikan pada langkah ke-5 dilaksanakan secara efisien dan aman.
g.
Langkah Ketujuh :
Mengevakuasi keefektifitas asuhan yang telah diberikan pada langkah VII ini
dilakukan evaluasio keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan meliputi
pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai
dengan kebutuhan akan bantuan benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan
kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasikan di dalam diagnosa dan masalah
C. Landasan Hukum
Landasan Hukum yang mendasari
penulisan karya tulis ilmiah ini adalah
:
1.
Kep.MenKes RI No. 1464/MENKES/PER/X/2010 tentang izin dan penyelenggaraan
praktik bidan.
a.
Pasal 10
Bidan
dalam memberikan pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berwenang untuk :
1)
Episiotomi
2)
Penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II
3)
Penanganan kegawat-daruratan, dilanjutkan dengan perujukan
4)
Pemberian tablet Fe pada ibu hamil
5)
Pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas
6)
Fasilitasi/bimbingan inisiasi menyusu dini dan promosi air susu ibu
eksklusif
7)
Pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala tiga dan postpartum
8)
Penyuluhan dan konseling
9)
Bimbingan pada kelompok ibu hamil
10)
Pemberian surat keterangan kematian
11)
Pemberian surat keterangan cuti bersalin
b.
Pasal 18
Dalam
melaksanakan praktik/kerja, bidan berkewajiban untuk :
1)
Menghormati hak pasien
2)
Memberikan informasi tentang masalah kesehatan pasien dan pelayanan yang
dibutuhkan
3)
Merujuk kasus yang bukan kewenangannya atau tidak dapat ditangani dengan
tepat waktu
4)
Meminta persetujuan tindakan yang akan dilakukan
5)
Memyimpan rahasia pasien sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
6)
Melakukan pencatatan asuhan kebidanan dan pelayanan lainnya secara
sistematis.
7)
Mematuhi standar.
8)
Melakukan pencatatan dan pelaporan penyelenggaraan praktik kebidanan
termasuk pelaporan kelahiran dan kematian.
c.
Pasal 19
Dalam melaksanakan praktik/kerja, bidan
mempunyai hak :
1)
Memperoleh perlindungan hukum dalam melaksanakan 3praktik/kerja
sepanjang sesuai dengan standar.
2)
Memperoleh informasi yang lengkap dan benar dari pasien dan/atau
keluarganya.
3)
Melaksanakan tugas sesuai dengan kewenangan dan standar, dan
4)
Menerima imbalan jasa profesi.
2.
Standar Kompetensi Bidan
Kompetansi Ke-3 : Bidan memberikan asuhan
antenatal bermutu tinggi untuk mengoptimalkan kesehatan selama kehamilan yang
meliput deteksi dini, pengobatan atau rujukan.
3.
Standart Pelayanan Kebidanan
a. Standart 4 : Pemeriksaan dan
Pemantauan Antenatal
1) Tujuaanya :
Memberikan pelayanan antenatal berkualitas dan deteksi dini komplikasi kehamila
Memberikan pelayanan antenatal berkualitas dan deteksi dini komplikasi kehamila
2) Pernyataan standar :
Bidan memberikan sedikitnya 4
kali pelayanan antenatal. Pemeriksaan meliputi anamnesis dan pemantauan ibu dan janin dengan seksama untuk
menilai apakah perkembangan
berlangsung normal. Bidan juga harus
mengenal kehamilan risti/ kelsinan
khususnya anemia, kurang gizi, hipertensi,
PMS/infeksi HIV, memberikan pelayanan imunisasi,nasehat, dan penyuluhan kesehatan serta tugas terkait lainnya yang diberikan oleh
puskesmas.
3) Hasilnya antara lain :
Ibu hamil mendapatkan pelayanan antenatal minimal 4 kali selama kehamilanMeningkatnya pemanfaatan jasa bidan oleh masyarakat. Deteksi dini dan komplikasi kehamilan. Ibu hamil, suami, keluarga dan masyarakat mengetahui tanda bahaya kehamilan dan tahu apa yang harus dilakukan.Mengurus transportasi rujukan jika sewaktu-waktu terjadi kegawatdaruratan.
Ibu hamil mendapatkan pelayanan antenatal minimal 4 kali selama kehamilanMeningkatnya pemanfaatan jasa bidan oleh masyarakat. Deteksi dini dan komplikasi kehamilan. Ibu hamil, suami, keluarga dan masyarakat mengetahui tanda bahaya kehamilan dan tahu apa yang harus dilakukan.Mengurus transportasi rujukan jika sewaktu-waktu terjadi kegawatdaruratan.
4) Persyaratannya antara lain :
Bidan mampu memberikan pelayanan antenatal berkualitas, termauk penggunaan KMS ibu hamil dan kartu pencatatanhasil pemeriksaan kehamilan (kartu ibu )
Bidan mampu memberikan pelayanan antenatal berkualitas, termauk penggunaan KMS ibu hamil dan kartu pencatatanhasil pemeriksaan kehamilan (kartu ibu )
5) Prosesnya antara lain :Bidan ramah, sopan dan bersahabat pada setiap
kunjungan.
b. Standart 5 : Palpasi Abdominal
1) Tujuannya :
Memperkirakan usia kehamilan, pemantauan pertumbuhan janin, penentuan letak, posisi dan bagian bawah janin.
Memperkirakan usia kehamilan, pemantauan pertumbuhan janin, penentuan letak, posisi dan bagian bawah janin.
2)
Pernyataan
standar :
Bidan melakukan pemeriksaan
abdomen dengan seksama dan melakukan
partisipasi untuk memperkirakan
usia kehamilan. Bila umur kehamialn
bertambah, memeriksa posisi, bagian
terendah, masuknya kepala janin ke
dalam rongga panggul, untuk mencari kelainan serta melakukan rujukan
tepat waktu.
3)
Hasilnya :
Perkiraan usia kehamilan yang lebih baik. Diagnosis dini kehamilan letak, dan merujuknya sesuai kebutuhan. Diagnosis dini kehamilan ganda dan kelainan lain serta merujuknya sesuai dengan kebutuhan
Perkiraan usia kehamilan yang lebih baik. Diagnosis dini kehamilan letak, dan merujuknya sesuai kebutuhan. Diagnosis dini kehamilan ganda dan kelainan lain serta merujuknya sesuai dengan kebutuhan
4)
Persyaratannya :
1. Bidan telah di didik tentang prosedur palpasi abdominal yang benar.
2. Alat, misalnya meteran kain, stetoskop janin, tersedia dalam kondisi baik.
3. Tersedia tempat pemeriksaan yang tertutup dan dapat diterima masyarakat.
4. Menggunakan KMS ibu hamil/buku KIA , kartu ibu untuk pencatatan.
1. Bidan telah di didik tentang prosedur palpasi abdominal yang benar.
2. Alat, misalnya meteran kain, stetoskop janin, tersedia dalam kondisi baik.
3. Tersedia tempat pemeriksaan yang tertutup dan dapat diterima masyarakat.
4. Menggunakan KMS ibu hamil/buku KIA , kartu ibu untuk pencatatan.
5. Adanya sistem rujukan yang berlaku bagi ibu hamil yang memerlukan
rujukan.
Bidan harus melaksanakan palpasi abdominal pada setiap kunjungan antenatal.
Bidan harus melaksanakan palpasi abdominal pada setiap kunjungan antenatal.
BAB III
TINJAUAN KASUS
Asuhan Kebidanan pada Ny. I G1P0A0
dengan Mola Hidatidosa
Tanggal
pasien masuk/ jam : 9 Januari 2013/
09.00 WIB
Tanggal
Pengkajian/ jam : 9 Januari 2013 /
09.05 WIB
No.
Registrasi :
259221
I. Data Subjektif
A. Identitas Ibu
Nama : Ny. I
Umur : 28 tahun
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Pendidikan : Sarjana
Agama :
Islam
Suku Bangsa :
Jawa,indonesia
Alamat :
Panjang wetan, Pekalongan
B.
Identitas Suami
Nama : Tn. M
Umur : 30 tahun
Pekerjaan : Wiraswasta
Pendidikan : Sarjana
Agama : Islam
Suku Bangsa : Jawa,indonesia
Alamat : Panjang wetan, Pekalongan
C.
Alasan Datang
Ibu
mengatakan datang ke RS dirujuk oleh Dokter untuk melakukan pemeriksaan USG dan kuretase.
D.
Riwayat Penyakit Sekarang
Ibu
mengatakan sering mengalami mual muntah sejak awal kehamilan
dan keluar darah dari jalan lahir sejak tanggal 8 Januari 2013 pukul 06.15 WIB
keluar flek darah. pukul 18.00 WIB ibu datang ke dokter dan di anjurkan untuk
kuret. tanggal 9 januari 2013 pukul 09.45 ibu datang ke RSUD Kraton
E.
Riwayat Menstruasi
1. Menarche :12 th
2. Siklus : ± 30 hari
3. Lama : 5 hari
4. Banyak : 3x ganti
pembalut tiap hari
5. Keluhan : tidak ada
keluhan saat menstruasi
6. Flour
Albus : keputihan
setelah menstruasi,bening
tidak berbau
7. HPHT : 7 September 2012
F.
Riwayat perkawinan
1.
Menikah :
Iya
2.
Umur waktu menikah : 27 tahun
3.
Pernikahan ke :
1
4.
Lama pernikahan : 1
tahun
G.
Riwayat Kehamilan, Persalinan dan nifas yang lalu
No
|
Kehamilan
|
Persalinan
|
|||||||||
Umur
Keha
milan
|
Kea
daan
|
Tempat
|
Pe
nolong
|
Jenis
Persa
linan
|
Bayi
Langsung
menangis
|
J.K
|
BB
|
PB
|
Cacat
Bawaan
|
Kea
daan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Nifas
|
Keadaan
anak sekarang
|
||||
Lochea
|
Lactasi
|
Involusi
|
Keadaan
|
Umur
|
Keadaan
|
|
|
|
|
|
|
H.
RIWAYAT KELUARGA BERENCANA
1. Pernah KB : Belum
pernah
2. Jenis kontrasepsi : Tidak dikaji
3. Lama penggunaan : Tidak dikaji
4. Alasan
dilepas/dihentikan : Tidak
dikaji
5. Keinginan KB yang akan
datang : Tidak dikaji
I.
RIWAYAT KEHAMILAN SEKARANG
HPHT : 7 September 2012
HPL : 14 Juni 2013
BB Sebelum hamil : 50 kg
Keterangan
|
Trimester I
|
Trimester
II
|
Trimester
III
|
ANC/di
|
3x dibidan
|
|
|
|
|
|
|
Keluhan
|
Mual,
muntah
|
|
|
Pesan nakes
|
Makan
sedikit, tapi sering
|
|
|
|
|
|
|
Imunisasi
TT
|
Belum di
imunisasi
|
|
|
|
|
|
|
Tablet FE
|
30 tablet diminum habis
|
|
|
|
|
|
|
Kenaikan BB
|
2 kg
|
|
|
|
|
|
|
Gerakan
Janin
|
Belum ada
|
|
|
J.
RIWAYAT KESEHATAN
1. Riwayat Kesehatan Ibu
a.
Riwayat penyakit sebelum hamil
Ibu
mengatakan sebelum hamil tidak pernah sakit parah.hanya batuk,pilek dan demam
biasa yang sembuh dengan minum obat.
b. Riwayat penyakit
selama hamil
Ibu mengatakan selama
hamil tidak pernah sakit parah, hingga mengganggu kehamilannya,hanya mual
muntah diawal kehamilan.
c. Riwayat penyakit menular
Ibu mengatakan tidak mempunyai penyakit
menular seperti TBC dan hepatitis.
d.
Riwayat penyakit menurun
Ibu mengatakan mempunyai
penyakit menurun dari keluarga, seperti tekanan darah tinggi,jantung,kencing
manis dan asma.
2. Riwayat Kesehatan Keluarga
a. Riwayat penyakit menular
Ibu mengatakan dalam
keluarga ibu yang tinggal satu rumah tidak ada yang mempunyai penyakit menular
seperti TBC , hepatitis.
b. Riwayat penyakit menurun pada keluarga
Ibu mengatakan dalam
keluarga ibu tidak mempunyai tekanan
darah tinggi, penyakit jantung, kencing manis, dan asma.
c. Riwayat keturunan
kembar
Ibu mengatakan dari
keluarga ibu maupun keluarga suami tidak ada yang mempunyai keturunan kembar.
K. RIWAYAT PSIKOSOSIAL
1. Penerimaan Ibu pada
saat proses persalinan
Tidak dikaji.
2.
Penerimaan keluarga terhadap kehamilan
Tidak dikaji
3.
Rencana pengasuhan anak
Tidak dikaji
4.
Budaya keluarga yang dianut terhadap kehamilan dan persalinan
Tidak dikaji
L. POLA KEHIDUPAN SEHARI
HARI
Pola
|
Sebelum Hamil
|
Selama hamil
|
1 . NUTRISI
|
|
|
|
3x / hari porsi sedang
|
3x / hari porsi kecil
|
Minum/ banyaknya
|
8-9 gelas / hari
|
8-9 gelas / hari
|
|
Tidak ada
|
Tidak ada
|
|
Nasi, sayur, tahu,
tempe, daging, buah
|
Nasi, biskuit, roti, buah dan sayur.
|
2 . ELIMINASI
|
|
|
|
1x / hari
|
1x / hari
|
Keluhan
|
Tidak ada keluhan
|
Tidak ada keluhan
|
Konsistensi
|
Lunak
|
Lunak
|
|
5-7 x/ hari
|
7-8x/ hari
|
Keluhan
|
Tidak ada
|
Tidak ada
|
Warna
|
Kuning jernih
|
Kuning jernih
|
3. ISTIRAHAT
|
|
|
|
8 jam / hari
|
Siang ± 2 jam
Malam ± 8 jam
|
4 . AKTIVITAS
|
|
|
|
Memasak, dan mencuci.
|
Memasak dan menyapu
|
|
Belanja
|
Belanja
|
|
Mencuci
|
Tidak ada
|
5 . SEKSUAL
|
|
|
|
Tidak dikaji
|
Tidak dikaji
|
|
Tidak dikaji
|
Tidak dikaji
|
6 . KEBIASAAN BURUK
YANG MEMPENGARUHI KESEHATAN
|
|
|
|
Tidak pernah
|
Tidak pernah
|
|
Tidak pernah
|
Tidak pernah
|
|
Tidak pernah
|
Tidak pernah
|
|
Tidak pernah
|
Tidak pernah
|
|
Tidak pernah
|
Tidak pernah
|
|
Pernah
|
Tidak pernah
|
|
Tidak pernah
|
Tidak pernah
|
M. PENGETAHUAN IBU TENTANG PERSALINAN
1. Pengetahuan tentang cairan
dan nutrisi pada ibu hamil
Ibu mengatakan bahwa ibu hamil
harus banyak minum dan makan bergizi.
2. Pengetahuan tentang kebutuhan istirahat dan aktivitas
Ibu mengatakan selama hamil harus cukup istirahat
3. Pengetahuan tentang perawatan payudara
Tidak dikaji
4. Pengetahuan tentang senam hamil
Tidak dikaji
5.
Pengetahuan tentang tanda bahaya kehamilan dan penangananya
Ibu mengatakan belum
mengetahui tanda bahaya kehamilan
6.
Pengetahuan tentang tanda-tanda persalinan
Tidak dikaji
II. Data Objektif
- Data Umum
1.
Keadaan umum : sedang
2.
Kesadaran :
composmentis
3.
BB sebelum hamil : 50 kg
4.
BB sekarang : 52 kg
5.
Tinggi badan : 158 cm
6.
LILA : 24 cm
- TANDA-TANDA VITAL
1.
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
2.
Nadi : 80 x
per menit
3.
Suhu : 36,8oC
4.
RR : 20 x
per menit
- Status present
1.
Kepala :
mesochepal, tidak ada benjolan, tidak ada nyeri
tekan,
rambut dan kulit kepala bersih.
2.
Wajah : simestris,
agak pucat, tidak kuning.
3.
Mata :
simetris, tidak ikterik, konjungtiva pucat, tidak ada pus.
4.
Hidung : simetris,
septum di tengah, tidak ada polip, tidak ada perdarahan.
5.
Mulut :
simetris, bibir lembab, tidak ada luka, tidak ada karies gigi, dan lidah
bersih.
6.
Telinga :
simetris, tidak ada perdarahan, fungsi pendengaran baik
7.
Leher : tidak
ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada pembesaran vena jugularis
8.
Dada :
simetris, tidak ada tarikan dinding dada, pernafa
san
teratur.
9.
Payudara : simetris,
tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan.
10. Abdomen :
tidak ada luka bekas operasi, tidak ada
pembesaran
hati.
11. Ekstremitas Atas :
teraba hangat, tidak pucat, tidak oedem, kapilary
refil
< 2 detik
12. Ekstremitas Bawah: kapilary refil > 2 detik, tidak oedem, tidak ada varises
13. Punggung :
simetris, tidak ada kelainan tulang, tidak ada nyeri ketuk pinggang.
14. Genetalia : tidak oedem, tidak varises.
15. Anus :
tidak ada hemorroid
- STATUS OBSTETRI
- Muka :
tidak ada chloasma gravidarum,
tidak oedem
- Payudara
a .
Inspeksi : areola
menghitam, puting menonjol dan sedikit kotor
b . Palpasi : colostrum belum keluar
- Abdomen
a .
Inspeksi : ada
linea gravidarum,
tidak ada striae gravidarum
b . Palpasi Leopold
Leopold I : TFU setinggi
pusat, tidak teraba bagian janin.
Leopold II :
Leopold III :
Leopold IV :
c . Auscultasi DJJ : tidak terdengar
d . TFU Mc.Donald : 24 cm
e . TBJ : tidak
dikaji
- Panggul Luar
a.
Distansia spinarum : tidak
dikaji
b.
Distansia cristarum : tidak
dikaji
c.
Distansia tuberum : tidak
dikaji
d.
Conjugata Eksterna : tidak
dikaji
e.
Lingkar Panggul : tidak
dikajI
- Genetalai : tidak oedem,tidak
varises,flek darah
- VT :
tidak dilakukan
E.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan darah lengkap :
• Hb :
9,4 gr (12-18)
• Gol. Darah :
A
• Ht :
40 % (36-46)
• Eritrosit :
4,55 Jt/mmk (4,10-5,30)
• MCH :
35,00 Pq (31,00-37,00)
• MCV :
86,00 Pq (80,00-99,00)
• Leukosit :
10,3 ribu/mmk (4,10-13,00 ribu)
• Trombosit :
397 ribu/mmk (140,0-440,0 ribu)
• Urea :
20 mmol/ (15-39)
• Kreatinin :
1,23 mg/dl (0,6-1,3)
• SGOT :
18 mg/dl (15-37)
• SGPT : 42
mg/dl (30-65)
• β hcg : 5.052 mlu/ml
• Protein Urin :
Negatif
• Urin Reduksi :
Negatif
BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
1. Dalam pengkajian diawali dengan pengumpulan data
melalui anamneses meliputi identifikasi klien atau suami, keluhan, riwayat
menstruasi, riwayat perkawinan, riwayat kehamilan, riwayat persalinan dan nifas
yang lalu, riwayat keluarga berencana, riwayat kehamilan sekarang, riwayat
kesehatan, riwayat psikososial, pola pemenuhan kebutuhan dasar sehari-hari dan
pengetahuan kehamilan dan persalinan.
2.
Dalam menegakkan suatu
diagnosa atau masalah kebidanan berdasarkan pendekatan asuhan kebidanan yang
didukung dan ditunjang oleh beberapa data, baik subjektif maupun objektif yang
diperoleh dari hasil pengkajian yang dilakukan.
3. Pada kasus Ny “I” dengan
Mola Hidatidosa ditemukan masalah potensial yaitu terjadinya tumor trofoblast
4.
Pada kasus Ny “I” dilakukan
tindakan kolaborasi pemberian cairan infuse RL dan kolaborasi untuk persiapan
tindakan kolaborasi.
5.
Pada tinjauan pustaka
perencanaan tindakan pada ibu antenatal dengan Mola Hidatidosa adalah dengan
digital atau kuretase, pemberian obat antibiotic.
6.
Implementasi dilakukan
berdasarkan penanganan menurut teori.
7.
Berdasarkan studi kasus
pada Ny “I” dengan Mola Hidatidosa tidak ditemukan hal-hal yang menyimpang dari
evaluasi tinjauan pustaka oleh karena itu bila dibandingkan secara garis besar
tidak ditemukan kesenjangan.
B. Saran
1.
Mahasiswa
Mahasiswa diharapkan
dapat menerapkan dan mampu memberikan asuhan kebidanan pada ibu Hamil dengan
Mola Hidatidosa
2.
Instituti
Instituti diharapkan
dapat selalu memantau dan membimbing mahasiswa dalam melakukan asuhan kebidanan
pada ibu Hamil dengan Mola Hidatidosa.
3.
Lahan praktek
Diharapka dapat
mempertahankan asuhan Kebidanan diruangan pada klien dan tetap menjaga kualitas
serta kuantitasnya.
Tanggal / jam
|
Subjektif
|
Objektif
|
Assesment
|
Jam
|
Penatalaksanaan
|
9
Januari 2013
09.55 WIB
10
Januari
2013
07.00
WIB
08.25
WIB
|
Ibu mengatakan bernama Ny. I,
umur 28 tahun, hamil anak ke 1 belum
pernah keguguran.
Ibu mengatakan hari pertama haid terakhirnya tanggal 7 September
2012.
Ibu mengatakan sering mengalami
mual muntah sejak awal kehamilan dan keluar darah dari jalan lahir
sejak tanggal 8 Januari 2013 pukul 06.15
WIB keluar flek darah. pukul 18.00 WIB ibu datang ke dokter dan di anjurkan untuk kuret. tanggal 9 januari
2013 pukul 09.45 ibu datang ke RSUD Kraton
-Ibu mengatakan masih mengeluarkan flek darah
-Ibu
mengatakan merasa cemas
Ibu mengatakan merasa lemas
|
Data Dasar:
-KU : sedang
-Kesadaran :
composmentis
-TD : 120 / 80 mmHg
-N : 88
x/menit
-S : 36,8 0C
-RR: 20 x/menit
-BB sebelum : 50 kg
-BB sekarang : 52 kg
Status Obstetri :
-Muka : tidak oedem, tampak pucat, tidak ada chloasma gravidarum
-Payudara : ada hiperpigmentasi pada areola, putting
susu menonjol
-Abdomen : tidak ada luka bekas operasi SC, ada linea
nigra, tidak ada strie gravidarum, TFU setinggi pusat, tidak teraba bagian janin, DJJ
tidak terdengar
-Genetalia : tidak oedem, tidak varises, ada flek darah
Pemeriksaan penunjang :
-Hb : 9,4 gr%
-Golda : A
-Βhcg
: 5.052 mIu/ml
-Protein urine : -negative
Urin reduksi : negative
-KU :
sedang
-Kesadaran : composmentis
-TD :
110 / 80 mmHg
-N :
86 x/menit
-S
: 36, 7 0C
-Rr :
22 x/menit
-Pemeriksaan penunjang :
-Hb : 9,6 gr%
-Βhcg
: 5.052 mIu/ml
-KU :
sedang
-Kesadaran : composmentis
-TD
: 100 / 70 mmHg
-N : 84 x/menit
-S : 36 0C
-Rr : 22 x/menit
|
Diagnosa
aktual
Ny.
I,
28
tahun, G1P0A0, hamil 18 minggu dengan Mola
Hidatidosa
Diagnosa
potensial dan antisipasi
-
Berikan
antibiotik : amoxicillin 3 x 500 mg untuk mencegah terjadinya infeksi pada
ibu
-
Pasang
infuse 10 IU oksitosin dalam 500 ml RL 40
tpm sbg tindakan preventif terhadap perdarahan hebat dan efektivitas
kontraksi terhadap pengosongan uterus secara cepat dan mencegah terjadinya
perforasi uterus
Diagnosa aktual
Ny. I, 28 tahun, G1P0A0, hamil 18 minggu dengan Mola
Hidatidosa Pra curretage
Diagnosa aktual
Ny. I, 28 tahun, dengan post curettage Mola Hidatidosa
|
09.55
10.00
10.10
10.15
10.30
10.45
12.20
13.55
14.05
07.30
07.35
07.40
08.00
08.35
09.00
09.20
16.45
17.30
|
-
Memberikan antibiotik : amoxicillin 3 x 500 mg untuk mencegah terjadinya
infeksi pada ibu
Evaluasi
: ibu sudah meminum antibiotic
-
Memasang infuse 10 IU oksitosin dalam 500 ml RL 40 tpm sbg tindakan preventif
Evaluasi : infuse telah terpasang 40 tpm lancar
-Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa keadaan ibu dan janin kurang
baik
Evaluasi : ibu terlihat khawatir
-Memberitahu ibu tentang keluhan yang dirasakan bahwa gejala yang
dirasakan ibu itu tanda- tanda hamil anggur. Hamil anggur ini membuat janin
tidak berkembang hanya berupa gumpalan- gumpalan seperti anggur. Untuk itu
ibu harus menjalani kuretase karena jika tidak dilakukan bisa menyebabkan
tumor
Evaluasi : Ibu mengerti terhadap penjelasan bidan
-memberikan ibu support mental kepada ibu supaya
ibu tidak cemas dan tetap tenang
Evaluasi : ibu
lebih tenang
-melakukan pemeriksaan rontgen
Evaluasi : hasil rontgen terlihat adanya gelembung pada
rahim ibu
-Melakukan infrom consent kepada ibu dan keluarga bahwa akan dilakukan
kuretase pada tanggal 10 september 2012
Evaluasi : ibu dan keluarga setuju untuk dilakukan
tindakan kuretase
-Mempersiapkan ibu untuk kuretase yaitu dengan mrnganjurkan ibu berpuasa
dari jam 12 malam hingga tiba waktu curretage.
Evaluasi : ibu bersedia berpuasa
-Menganjurkan ibu untuk istirahat
Evaluasi : ibu bersedia untuk istirahat
-Memberitahu ibu hasil pemeriksaan
TD : 110 / 80 mmHg
N : 86 x/menit
S : 36,7 0C
Rr : 22 x/menit
-Memberikan ibu dukungan supaya ibu tidak cemas dan lebih tenang
Evaluasi: ibu merasa lebih tenang
-Mempersiapkan ibu untuk dilakukan tindakan curettage, yaitu memakaikan
baju operasi, topi operasi dan mengantar ibu ke ruang operasi
-Melakukan kolaborasi dengan Dr. Obgien untuk tindakan kuretase pada ibu
Evaluasi : kuretase telah dilakukan
-Menganjurkan ibu untuk istirahat
Evaluasi : ibu berbaring di tempat tidur
-Menganjurkan ibu untuk minum dan apabila merasa sudah
tidak mual ibu diperbolehkan makan.
Evaluasi: ibu minum satu gelas teh hangat
-Melakukan kolaborasi dengan petugas Lab CITO untuk
pemeriksaan Hb
Evaluasi : Hb 9,2 gr%
-Memberikan ibu penjelasan untuk melakukan pemeriksaan ulang 7 hari
lagi di rumah sakit, untuk mengetahui ada tidaknya keganasan dan
memberikan ibu obat oral yaitu amoxicilin 3x500 mg, sulfaferosus 3x60mg, vitamin B komplek
3x50mg, asamefenamat 3x500mg, vitamin C
3x50 mg
Evaluasi : ibu mengerti dengan penjelasan bidan dan akan datang kembali
untuk melakukan pemeriksaan
-memberikan pendidikan kesehatan tentang gizi dan menjelaskan kepada ibu
untuk menunda kehamilan selama 1 tahun setelah kuret
Evaluasi : ibu faham dan bersedia melakukan anjuran bidan
-Ibu pulang dengan keadaan baik
TD : 100 / 70 mmHg
N : 84 x/menit
S : 36 0C
Rr : 22 x/m
|
DAFTAR PUSTAKA
Prawirohardjo, Sarwono. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT.Bina Pustaka.
Prawirohardjo, Sarwono. 2008. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Jakarta : PT.Bina Pustaka.
Manuaba. 2009. Buku Ajar Ginekologi Mahasiswa
Kebidanan. Jakarta: EGC.
Mansjoer , Arif, dkk.2007. Kapita Selekta
Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius.
Pudiastuti, Ratna Dewi. 2012. Asuhan Kebidanan
pada Hamil Normal dan Patologi. Yogyakarta : Nuha Medika.
Kep.MenKes RI No.
1464/MENKES/PER/X/2010
Lampiran
1.
Fidya Turohmah
Mengapa dilakukan rontgen ?
Jawab : Karena rontgen dilakukan untuk menentukan ada tidaknya
metastasis sel-sel trofoblas pada paru-paru.
(ilmu kandungan. Sarwono,2009 : hal 263 )
2.
Yunita Ratnadevi
Apa hubungannya pengkajian
budaya keluarga yang dianut terhadap kehamilan dan persalinan dengan resiko pada
molahidatidosa ?
Jawab : hubungan pengkajian
budaya keluarga yang dianut terhadap kehamilan dan persalinan menjadi faktor
resiko pada molahidatidosa yaitu kekurangan protein dan keadaan sosial ekonomi
yang rendah. Selain kekurangan protein berdasarkan penelitian yang dilakukan
oleh prof. Adrijono ,SpOG(k) konsultan onkologi ginekologi FKUI. Menyatakan
bahwa salah satu yang diduga kuat sebagai penyebab terjadinya hamil anggur
adalah kekurangan vitamin A.(http://www.jurnalmedika.com/)
3.
Rafika dwi Oktantri
Untuk penatalaksanaan apabila dilakukan kuretase
apakah harus diberi oksitoksin ?
Apakah oksitoksin yang diberikan sama dengan yang
diberikan saat persalinan ?
Jawab : Infus 10 IU oksitosin dalam 500 ml RL
40 tpm perlu diberikan sebagai tindakan
preventif terhadap perdarahan hebat dan efektivitas kontraksi terhadap
pengosongan uterus secara cepat dan mencegah terjadinya perforasi uterus. (Maternal dan neonata. lSarwono, 2008 : h.157)
4.
Nunung Fariska
Kapan post kuretase dianjurkan untuk makan?
Jawab : Setelah kuret selesai dan ibu sudah mulai
sadar, bidan akan membantu ibu secara bertahap belajar miring atau bila tidak
pusing ibu akan dibantu duduk. Ibu boleh minum bila sudah ada anjuran dari
tenaga kesehatan yang merawat. Sebaiknya jangan langsung makan makanan padat, mulailah dengan minum
hangat dahulu. Lalu dilanjutkan dengan latihan duduk dan jalan. Bila masih
pusing jangan memaksakan diri. Sedapat mungkin latihan bergerak secara bertahap
agar membantu mempercepat proses pemulihan tubuh ibu setelah menjalani
kuret. Setelah kuret dianjurkan untuk minum air putih yang cukup dan
segera mencoba buang air kecil, jangan ditahan.
5.
Riski Aulia Rahmawati
Mengapa pada riwayat psikososial (penerimaan ibu pada saat proses
kehamilan dan penerimaan keluarga
terhadap kehamilan ) tidak dikaji ?
Jawab : Karena pada pemberitahuan keadaan ibu dan informend concent
telah diberitahukan keadaan kehamilan ibu dan janin yang kurang baik. Sehingga
tidak dilakukan pengkajian secara langsung untuk menanyakan keadaan psikologis
ibu.
6.
Makhrifatul Impriyah
Mengapa seminggu setelah kuretase dilakukan kuretase ulang ?
Jawab : Dilakukan kuretase ulang apabila kadar β HCG
masih tinggi yaitu diatas 100.000 IU/L dan masih terdapat sisa- sisa trofoblas
yang menjadi ganas. (Maternal dan neonata. lSarwono, 2008 : h.157)
7.
Riski Dinayanti
Apa diagnosa potensial pada kasus ini ?
Jawab : Perdarahan hebat, anemis, syok, infeksi,
perforasiuterus,keganasan (korio karsinoma ). (Maternal dan neonata. lSarwono,
2008 : h.156)
Kapan
dilakukan observasi post kuretase ?
Jawab : observasi dilakukan 2 jam setelah post
kuret
8.
Naili Fetiana
Mengapa tidak dilakukan aspirasi vakum saja ?
Jawab : karena di fasilitas kesehatan tersebut
belum mempunyai alat untuk aspirasi vakum jadi pasien tersebut di kuret.
9.
Nila nimas puspitasari
Apakah pemasangan laminaria perlu dilakukan dalam kasus ini ?
Jawab : pada kasus molahidatidosa yang belum keluar gelembungnya,
harus dipasang dahulu laminaria stift (12 jam sebelum kuret), sedangkan pada
kasus yang sudah keluar gelembungnya, dapat segera dikuret setelah keadaan
umumnya distabilkan. (Obstetri Patologi.FKUNPAD,2005 ; hal 32 )
10.
Ari trihidayati
Apakah perlu dilakukan transfusi setelah kuretase ?
Jawab : Jika pasien mengalami anemia sedang maka cukup diberikann
sulfas ferosus 600 mg/hari, dan untuk anemia berat lakukan transfusi. (Maternal dan neonata. Sarwono, 2008 : h.157)
11.
Laely mafrukhah
Apakah pada kasus mola hidatidosa perlu dilakukan
VT ?
Jawab : pada kasus molahidatidosa perlu dilakukan
VT karena untuk mengetahui adanya pembukaan dan pengeluaran gelembung mola
serta untuk pemasangan laminaria.
12.
Nindia asriningtyas
Bagaimana perbedaan palpasi janin dan palpasi mola
?
Jawab : Pada palpasi molahidatidosa uterus tumbuh
lebih cepat dari pada kehamilan seperti biasa, pada uterus yang besar ini tidak
terdapat tanda- tanda janin didalamnya,
seperti ballotement saat palpasi, gerak janin pada auskultasi. . (ilmu kandungan.
Sarwono,2009 : hal 263 )