ASUHAN KEBIDANAN PADA
IBU HAMIL PATOLOGI
NY.
U DENGAN
HIPEREMESIS GRAVIDARUM
DI RSUD DR. ADHYATMA TUGUREJO
SEMARANG
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat
2010 adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi
setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal. (Depkes
RI 2003). Untuk dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, banyak hal
yanga perlu diperhatikan. Salah satu diantaranya yang dipandang mempunyai
peranan yang cukup penting ialah menyelenggarakan pelayanan kesehatan.
Adapun yang dimaksud pelayanan kesehatan ialah setiap
upaya yang diselenggarakan secara sendiri atau bersama-sama dalam suatu
organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan
menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perseorangan, keluarga,
kelompok, dan ataupun masyarakat. Derajat kesehatan masyarakat dapat di ukur
dengan beberapa indikator yaitu angka kesakitan dan kematian ibu dan bayi
(Saifuddin, 2008).
Angka kematian ibu dan bayi 99% terjadi di negara berkembang, termasuk Indonesia
(Nugraha, 2007). Angka kematian ibu (AKI) di Indonesia pada tahun 2007 sebesar
248 per 100.000 kelahiran hidup (Supari, 2009).
|
|
Faktor predisposisi kedua timbulnya HEG yaitu masuknya
vili khorialis dalam sirkulasi maternal dan perubahan metabolik. Faktor ketiga
yang diduga berperan dalam terjadinya HEV adalah faktor psikologi. Keretakan
rumah tangga, kehilangan pekerjaan, rasa takut terhadap kehamilan dan
persalinan, takut memikul tanggung jawab merupakan faktor psikologis faktor
penyebab HEG. Sedangkan faktor keempat yang di duga berperan yaitu kondisi
diabetes mellitus serta hipotiroid pada pasien yang sedang hamil. Dari berbagai
faktor predisposisi tersebut pada setiap wanita yang mengalami HEG karena
psikologis namun ada juga karena peningkatan hormon HCG.
B. Tujuan Penulisan
1.
Tujuan Umum
Dapat memberikan asuhan
kebidanan pada Ny. U dengan Hiperemesis
Gravidarum.
2.
Tujuan Khusus
a.
Mengidentifikasi data subyektif dan
objektif yang menunjang diagnosa Hiperemesis Gravidarum.
b.
Melaksanakan asuhan pada klien dengan
Hiperemesis Gravidarum.
c.
Melaksanakan evaluasi pada klien dengan
Hiperemesis Gravidarum.
C.
Manfaat
Penulisan
|
1.
Bagi
Penulis
a)
Dapat
mengerti, memahami dan menerapkan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan
Hiperemesis gravidarum.
b)
Dapat
menambah pengetahuan dan pengalaman khususnya tentang ibu hamil dengan
Hiperemesis gravidarum.
c)
Dapat
meningkatkan ketrampilan dalam memberikan asuhan kebidanan terutama pada ibu
hamil dengan Hiperemesis gravidarum.
2.
Bagi Lahan Praktik
a)
Sebagai
masukan dalam pengawasan dan penanganan pada ibu hamil dengan Hiperemesis
gravidarum
b)
Dapat
mengevaluasi asuhan kebidanan yang telah diberikan pada ibu hamil dengan
Hiperemesis gravidarum.
3.
Bagi Institusi
a)
Dapat
mengevaluasi sejauh mana mahasiswa menguasai asuhan kebidanan pada ibu hamil
dengan Hiperemesis gravidarum.
b)
Sebagai
bahan bacaan untuk menambah wawasan bagi mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan Prodi DIII Kebidanan khususnya
yang berkaitan dengan ibu hamil dengan Hiperemesis gravidarum.
BAB
II
TINJAUAN TEORI
A. KONSEP KEHAMILAN
1. Pengertian
Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya
janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari)
dihitung dari hari pertama haid terakhir. Kehamilan dibagi dalam 3 trimester
yaitu trimester pertama dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan, trimester kedua
dari bulan keempat sampai 6 bulan, trimester ketiga dari bulan ketujuh sampai 9
bulan (Saifudin, 2008: 89).
2. Tanda dan Gejala Kehamilan
Salah satu yang diketahui sebagai tanda dan gejala
kehamilan menurut Mochtar (1998:43), adalah mual dan muntah (nausea and
vomiting). Biasanya terjadi pada bulan – bulan pertama kehamilan hingga akhir
triwulan pertama. Karena sering terjadi pada pagi hari, disebut morning sickness (sakit pagi). Bila mual dan muntah terlalu
sering disebut hiperemesis.
3. Perubahan yang Terjadi dalam
Kehamilan
a. Hormonal
Perubahan
hormonal menurut Thompson (2004 :23) meliputi HCG (Human Chorionic
Gonadotrophin). Hormon ini dihasilkan oleh embrio, berfungsi mencegah haid,
meningkatkan kadar progesteron. Kadar HCG yang tinggi pada tiga bulan pertama diperkirakan penyebab
gangguan sakit pagi hari.
|
b.
Perubahan
Psikologis dalam Kehamilan
Subakti
dan Anggraini (2008:23) menyatakan bahwa
ada perubahan yang terjadi ketika kandungan mulai dinyatakan positif. Perubahan
ini merupakan dampak dari hormon yang mempengaruhi psikologis ibu.
Perubahan psikologis yang dialami ibu sebagai
berikut:
1)
Merasakan betapa pentingnya keberadaan
suami. Memang ibu berhak untuk bermanja kepada suami sepanjang sifat manja itu
tidak membawa mudharat dan proposional, artinya kedekatan ini tidak sampai
mengganggu aktivitas suami dan membebani pikirannya.
2)
Peningkatan rasa ketergantungan (kepada
suami atau orang tua).
3)
Mudah tersentuh perasaannya. Mudah merasa
kasihan, mudah marah, mudah bergembira dan sebagainya.
4)
Mudah tersinggung (sensitif). Tekanan
darah dapat naik turun dan perubahan hormol menyebabkan psikis ibu terpengaruh.
5)
Mudah berkhayal, misalnya tentang
makanan yang paling enak, minuman paling segar, parfum paling harum, dsb. Dari
sinilah muncul peristiwa ngidam.
6)
Pasrah. Jika ibu memiliki keimanan kuat,
kepasrahan ibu dapat mendekatkan diri pada sang pencipta.
B.
HIPEREMESIS
GRAVIDARUM
1. Pengertian
Hiperemesis
gravidarum adalah mual muntah berlebihan pada wanita hamil sampai
mengganggu pekerjaan sehari-hari karena keadaan umumnya menjadi buruk, sebagai
akibat terjadilah dehidrasi (Hidayati, 2009: 66).
Hiperemesis gravidarum adalah mual muntah yang
menetap selama kehamilan yang mengganggu asupan cairan atau nutrisi. Biasanya terjadi
sebelum 20 minggu kehamilan, cukup berat hingga mengakibatkan penurunan berat
badan dan ketidakseimbangan cairan dan elektrolit (Morgan dan Hamilton, 2009:
362).
2. Etiologi
Menurut Mansjoer (1999:259) penyebab hiperemesis
gravidarum belum diketahui secara pasti. Namun beberapa faktor mempunyai
pengaruh antara lain:
a.
Faktor predisposisi, yaitu primigravida,
mola hidatidosa dan kehamilan ganda.
b.
Faktor organik, yaitu alergi masuknya
vili khorialis dalam sirkulasi, perubahan metabolik akibat hamil dan resistensi
ibu yang menurun.
c.
Faktor psikologis
Tiran (2009:13) menyatakan faktor fisiopatologis
yang menyebabkan hiperemesis gravidarum sebagai berikut:
a.
Perubahan karbohidrat dan metabolisme
lemak
b.
Situasi korpus luteum
c.
Faktor genetik
d.
Adaptasi saluran gastrointestinal
e.
Infeksi helicobakter pylori
f.
HCG (Human Chorionic Gonadotrophin)
g.
Hipotensi dan penurunan sirkulasi
serebri
h.
Faktor imunologi
i.
Dampak dari kemampuan mencium dan
melihat
|
j.
Migrain dan sakit kepala
k.
Estrogen dan progesteron
l.
Stimulasi saraf vagal faring
m.
Mekanisme protektif
n.
Stimulasi saraf sensorik didalam lambung
dan duodenum
o.
Serotonin
p.
Perubahan hormon tiroid
q.
Distensi, trauma dan infeksi uterus,
kandung kemih dan pelvis ginjal
r.
Gangguan aparatus vestibular
Faktor predisposisi peningkatan keparahan hiperemesis
gravidarum menurut Tiran (2009:13) yaitu:
a.
Keletihan
b.
Janin wanita
c.
Refluks gastro esofagus
d.
Mual dan muntah di kehamilan sebelumnya
e.
Penggunaan pil kontrasepsi saat pra
konsepsi
f.
Mual pra menstruasi
g.
Merokok
h.
Stress, cemas dan takut
i.
Masalah sosio-ekonomi
j.
Kesulitan dalam masalah membina hubungan
k.
Wanita yang memiliki ibu yang mengalami
mual muntah saat hamil
3. Patofisiologi
Perasaan mual akibat kadar estrogen meningkat. Mual
dan muntah terus menerus dapat menyebabkan dehidrasi, hiponatremia, hipokloremia, penurunan klorida
urin, selanjutnya terjadi hemokonsentrasi yang mengurangi perfusi darah ke
jaringan dan menyebabkan timbulnya zat toksik. Pemakaian cadangan karbohidrat
dan lemak menyebabkan oksidasi lemak tidak sempurna hingga terjadi ketosis.
Hipokalemia akibat muntah dan ekskresi yang berlebihan selanjutnya menambah
frekuensi muntah dan merusak hepar. Selaput lendir esofagus dan lambung dapat
robek (sindrom Mallory-Weiss) sehingga terjadi perdarahan gastrointestinal
(Mansjoer, 1999:59)
|
4. Kondisi Psikososial dalam Kehamilan
Masalah psikologis dapat mempredisposisi beberapa
wanita untuk mengalami mual dan muntah dalam kehamilan, atau memperburuk gejala
yang sudah ada atau mengurangi kemampuan untuk mengatasi gejala normal.
Kehamilan yang tidak direncanakan, tidak nyaman, atau tidak diinginkan atau
karena beban pekerjaan atau finansial akan menyebabkan penderitaan batin,
ambivalensi dan konflik.
Kecemasan berdasarkan pengalaman melahirkan
sebelumnya, terutama kecemasan akan datangnya hiperemesis gravidarum, dapat
memperburuk rasa sejahtera. Syok dan adaptasi yang dibutuhkan jika kehamilan
ditemukan kembar, atau kehamilan terjadi dalam waktu berdekatan, juga dapat
menjadi faktor emosional yang membuat mual dan muntah menjadi lebih berat,
terlepas dari dampak fisik seperti kemungkinan anemia (Tiran,2009:15).
5. Tingkatan Mual Muntah
Mansjoer
(1999:59) membagi tingkatan hiperemesis gravidarum dalam 3 tingkatan yaitu :
a. Tingkatan I
Muntah
terus menerus yang memepengaruhi keadaan umum, menimbulkan rasa lemah, nafsu makan
tidak ada, berat badan turun dan nyeri epigastrium. Frekuensi nadi pasien naik
sekitar 100 kali per menit, tekanan darah sistolik turun, turgor kulit
berkurang, lidah kering dan mata cekung.
b.
Tingkatan
II
|
Ibu
hamil tampak lemah dan apatis, lidah kotor,
nadi kecil dan cepat, suhu kadang naik dan mata sedikit ikterik. Berat badan
pasien turun, timbul hipotensi, hemokonsentrasi oliguria, konstipasi dan nafas
berbau aseton.
c. Tingkatan III
Kesadaran
ibu hamil menurun dari somnolen sampai
koma, muntah berhenti, nadi kecil dan cepat, suhu meningkat, dan tekanan darah
makin turun.
6. Penanganannya
a.
Penanganan Hiperemesis Gravidarum
menurut Anwar (2008) sebagai berikut:
1)
Penderita hiperemesis gravidarum harus
menjalani perawatan intensif dirumah sakit, terutama bila sampai mengalami
dehidrasi.
2)
Ibu hamil seharusnya menjalani
pemeriksaan urin di laboratorium untuk mengecek kadar keton dalam darah yang
menjadi pemicu munculnya keluhan mual muntah. Bila di peroleh hasil positif,
maka ibu harus menjalani perawatan di rumah sakit. Asupan makanan pun harus
melalui selang infus agar lambung dapat beristirahat. Setelah kurang lebih 8
jam, ibu harus diperbolehkan mendapat asupan makanan secara oral. Namun
pemberiannya harus bertahap, dari cair, semi padat, sampai padat.
3)
Jika dianggap perlu, dokter akan memberi
obat anti mual. Dokter kadang memberikan obat anti magh kepada pasien. Lamanya
perawatan dirumah sakit tergantung pada kondisi ibu. Jika kondisi ibu membaik
dalam waktu 2 hari ibu diperbolehkan pulang.
b.
cara mengatasi mual muntah Suririnah
(2001:1) menyatakan bahwa cara mengatasi mual muntah pada awal kehamilan adalah
sebagai berikut:
1)
Makan dalam jumlah sedikit tapi sering,
jangan makan dalam jumlah atau porsi besar hanya akan membuat bertambah mual.
Berusahalah makan sewaktu dapat makan, dengan porsi kecil tapi sering.
|
2)
Makan-makanan yang tinggi karbohidrat
dan protein yang dapat untuk membantu mengatasi mual. Banyak mengkonsumsi buah
dan sayuran dan makanan tinggi karbohidrat seperti roti, kentang, biscuit, dll.
3)
Di pagi hari sewaktu bangun tidur jangan
langsung terburu-buru terbangun, cobalah duduk dahulu dan baru perlahan berdiri
bangun. Bila merasa sangat mual ketika bangun tidur pagi siapkanlah snack atau
biscuit didekat tempat tidur, dan dapat memakannya terlebih dahulu sebelum
mencoba untuk berdiri.
4)
Hindari makanan yang berlemak, berminyak
dan pedas yang akan memperburuk rasa mual.
5)
Minum yang cukup untuk menghindari
dehidrasi akibat muntah, minumlah air putih, ataupun juice. Hindari minuman
yang mengandung kafein dan karbohidrat.
6)
Vitamin kehamilan kadang memperburuk
rasa mual, tapi tetap memerlukan folat untuk kehamilan. Bila mual muntah sangat
hebat, konsultasikan ke dokter sehingga dapat diberikan saran terbaik untuk
vitamin yang akan dikonsumsi. Dan dokter mungkin akan memberikan obat untuk
mual bila memang diperlukan.
7)
Vitamin B6 efektif untuk mengurangi rasa
mual pada ibu hamil. Sebaiknya konsultasikan dahulu dengan dokter untuk
pemakainnya.
8)
Pengobatan tradisional: biasanya orang
menggunakan jahe dalam mengurangi rasa mual pada berbagai pengobatan tradisional.
Penelitian di Australia menyatakan bahwa jahe dapat digunakan sebagai obat
tradisional untuk mengatasi rasa mual dan aman untuk ibu dan bayi. Pada
beberapa wanita hamil ada yang mengkonsumsi jahe segar atau permen jahe untuk
membantu mengatasi rasa mualnya.
9)
Istirahat dan rileks akan sangat
membantu mengatasi rasa mual muntah. Karena bila stress hanya akan memperburuk
rasa mual.
|
c.
Menurut Kampono (2005:17) dalam menghadapi keadaan mual dan muntah ada
beberapa tindakan yang perlu dilakukan, yaitu:
1)
Lakukan gerakan perlahan-lahan pada
waktu bangun pagi dan duduk ditempat tidur dulu beberapa menit.
2)
Makan pagi yang ringan, seperti roti
bakar, kue kering, sebelum melakukan aktifitas.
3)
Hirup udara segar pagi hari. Lakukanlah
jalan-jalan ringan sekitar rumah, dan tidurlah dengan jendela terbuka.
4)
Minum air sering sepanjang hari. Air
dingin dengan rasa manis atau sedikit mengandung gas akan banyak menolong.
5)
Makanlah 4 sampai 5 kali sehari dengan
porsi kecil setiap hari. Hal ini untuk mencegah supaya perut tidak kosong.
6)
Hindari bau-bauan yang mengganggu dan
merangsang ibu untuk muntah.
7)
Pilih makanan yang rendah lemak dan
mudah dicerna.
C. MANAJEMEN KEBIDANAN
Varney
( 1997 ) menjelaskan bahwa proses manajemen merupakan proses pemecahan masalah
yang ditemukan oleh perawat dan bidan pada awal tahun 1970-an. Proses ini
memperkenalkan sebuah metode dengan pengorganisasian pemikiran dan
tindakan-tindakan dengan urutan yang logis dan menguntungkan baik bagi klien
maupun bagi tenaga kesehatan. Proses ini menguraikan bagaimana perilaku yang
diharapkan dari pemberi asuhan. Proses manajemen ini bukan hanya terdiri dari
pemikiran dan tindakan saja melainkan juga pemeriksaan pada setiap langkah agar
pelayanan yang komprehensif, aman dan dapat tercapai. Dengan demikian proses
manajemen harus mengikuti aturan yang logis dan memberikan pengertian yang
menyatakan pengetahuan, hasil temuan dan penilaian yang terpisah-pisah menjadi
satu kesatuan yang berfokus pada manajemen klien.
|
Langkah
I (Pertama) : Pengumpulan Data Dasar
Pada langkah pertama ini dilakukan pekerjaan dengan mengumpulkan semua data yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan klien secara lengkap, yaitu:
Pada langkah pertama ini dilakukan pekerjaan dengan mengumpulkan semua data yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan klien secara lengkap, yaitu:
1. Riwayat
kesehatan.
2. Pemeriksaan
fisik sesuai dengan kebutuhannya.
3. Meninjau
catatan terbaru atau catatan sebelumnya.
4. Meninjau
data laboratorium dan membandingkannya dengan hasil studi.
Pada
langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dari semua sumber
yang berkaitan dengan kondisi klien. Bidan mengumpulkan data dasar awal yang
lengkap. Bila klien mengalami komplikasi yang perlu dikonsultasikan kepada
dokter dalam manajemen kolaborasi, bidan akan melakukan konsultasi. Pada
keadaan tertentu dapat terjadi langkah pertama akan overlap dengan langkah 5
dan 6 (atau menjadi bagian dari langkah tersebut) karena data yang diperlukan
diambil dari hasil pemeriksaan laboratorium atau pemeriksaan diagnostik yang
lain. Kadang-kadang bidan perlu memakai manajemen dari langkah 4 untuk
mendapatkan data dasar awal yang perlu disampaikan kepada dokter.
Langkah
II (Kedua) : Interpretasi Data Dasar
Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap masalah atau diagnosa dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar atau data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar yang sudah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga ditemukan masalah atau diagnosa yang spesifik. Kata masalah dan diagnosa, keduanya digunakan karena beberapa masalah tidak dapat diselesaikan seperti diagnosa tetapi sungguh membutuhkan penanganan yang dituangkan ke dalam sebuah rencana asuhan terhadap klien. Masalah sering berkaitan dengan pengalaman wanita yang diidentifikasi oleh bidan sesuai dengan pengarahan. Masalah ini sering menyertai diagnosa. Sebagai contoh diperoleh diagnosa ”kemungkinan wanita hamil”, dan masalah yang berhubungan dengan diagnosa ini ialah bahwa wanita tersebut mungkin tidak menginginkan kehamilannya. Contoh lain yaitu wanita pada trimester III merasa takut tidak termasuk dalam ketegori nomenklatur standar diagnosa, tetapi tentu akan menciptakan suatu masalah yang membutuhkan pengkajian lebih lanjut dan memerlukan suatu perencanaan untuk mengurangi rasa takut.
Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap masalah atau diagnosa dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar atau data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar yang sudah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga ditemukan masalah atau diagnosa yang spesifik. Kata masalah dan diagnosa, keduanya digunakan karena beberapa masalah tidak dapat diselesaikan seperti diagnosa tetapi sungguh membutuhkan penanganan yang dituangkan ke dalam sebuah rencana asuhan terhadap klien. Masalah sering berkaitan dengan pengalaman wanita yang diidentifikasi oleh bidan sesuai dengan pengarahan. Masalah ini sering menyertai diagnosa. Sebagai contoh diperoleh diagnosa ”kemungkinan wanita hamil”, dan masalah yang berhubungan dengan diagnosa ini ialah bahwa wanita tersebut mungkin tidak menginginkan kehamilannya. Contoh lain yaitu wanita pada trimester III merasa takut tidak termasuk dalam ketegori nomenklatur standar diagnosa, tetapi tentu akan menciptakan suatu masalah yang membutuhkan pengkajian lebih lanjut dan memerlukan suatu perencanaan untuk mengurangi rasa takut.
|
Pada masalah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah diidentifikasi.
Langkah
ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan sambil
mengamati klien, bidan diharapkan dapat bersiap-siap bila diagnosa atau masalah
potensial ini benar-benar terjadi. Pada langkah ini penting sekali melakukan
asuhan yag aman. Contoh seorang wanita dengan peregangan uterus yang berlebihan
tersebut (misalnya polyhidramnion besar dari masa kehamilan, ibu hamil dengan
diabetes, atau kehamilan kembar). Kemudian ia harus mengantisipasi, melakukan
perencanaan untuk mengatasinya dan bersiap-siap terhadap kemungkinan tiba-tiba
terjadi perdarahan post partum yang disebabkan oleh atonia uteri karena
peregangan uterus yang berlebihan. Pada persalinan dengan bayi besar bidan
sebaliknya juga mengantisipasi dan bersiap-siap terhadap kemungkinan terjadinya
distokia bahu dan juga kebutuhan untuk resusitasi.
Bidan
juga sebaiknya waspada terhadap kemungkinan wanita menderita infeksi saluran
kencing yang menyebabkan tingginya kemungkinan terjadinya peningkatan partus
prematur atau bayi kecil. Persiapan yang sederhana adalah dengan bertanya dan
mengkaji riwayat kehamilan pada setiap kunjungan ulang pemeriksaan laboratorium
terhadap simptomotik terhadap bakteri dan segera memberi pengobatan jika
infeksi saluran kencing terjadi.
|
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien.
Langkah
keempat mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen kebidanan. Jadi, manajemen
bukan hanya selama asuhan primer periodik atau kunjungn prenatal saja, tetapi
juga selama wanita tersebut bersama bidan terus-menerus. Misalnya pada waktu
wanita tersebut ada dalam persalinan. Data baru mungkin saja perlu dikumpulkan
dan dievaluasi. Beberapa data mungkin mengidentifikasikan situasi yang gawat
dimana bidan harus bertindak segera untuk kepentingan keselamatan jiwa ibu dan
anak (misalnya, perdarahan kala III atau perdarahan segera setelah lahir,
distoksia bahu).
Dari
data yang dikumpulkan dapat menunjukkan suatu situasi yang memerlukan tindakan
segera sementara yang lain harus menunggu intervensi dari seorang dokter
misalnya prolapsus tali pusat. Situasi lainnya bisa saja tidak merupakan
kegawatan tetapi memerlukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter.
Demikian juga bila
ditemukan tanda-tanda awal dari preeklamasia, kelainan panggul, adanya penyakit
jantung, diabetes atau masalah medik yang serius, bidan perlu memerlukan
konsulatasi atau kolaborasi dengan dokter.
Dalam kondisi tertentu seorang wanita mungkin juga akan memerlukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter atau tim kesehatan lainnya seperti pekerja sosial, ahli gizi atau seorang ahli perawatan klinis bayi baru lahir.
Dalam kondisi tertentu seorang wanita mungkin juga akan memerlukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter atau tim kesehatan lainnya seperti pekerja sosial, ahli gizi atau seorang ahli perawatan klinis bayi baru lahir.
Langkah
V ( kelima ) : Merencanakan Asuhan Menyeluruh
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya.
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya.
|
Rencana asuhan yang
menyeluruh tidak hanya apa yang sudah diidentifikasikan dari kondisi klien atau
dari siapa masalah yang berkaitan tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi
terhadap wanita tersebut seperti apa yang diperkirakan akan terjadi berikutnya,
apakah dibutuhkan penyuluhan, konseling atau apakah perlu merujuk klien bila
ada masalah-masalah yang berkaitan dengan sosial, ekonomi, kultural atau
masalah psikologis.
Dengan
perkataan lain, asuhan terhadap wanita tersebut sudah mencakup setiap hal yang
berkaitan dengan semua aspek asuhan kesehatan. Setiap rencana asuhan haruslah
disetujui oleh kedua belah pihak, yaitu oleh bidan dan klien, agar dapat
dilaksanakan dengan efektif karena klien juga akan melaksanakan rencana
tersebut. Oleh karena itu, pada langkah ini tugas bidan adalah merumuskan
rencana asuhan sesuai dengan hasil pembahasan rencana bersama klien, kemudian
membuat kesepakatan bersama sebelum melaksanakannya.
Semua
keputusan yang dikembangkan dalam asuhan penyuluhan ini harus rasional dan
benar-benar valid berdasarkan pengetahuan dan teori yang terbaru serta sesuai
dengan asumsi tentang apa yang akan atau tidak akan dilakukan klien.
Rasional yang
berdasarkan asumsi yang tidak sesuai dengan keadaan klien dan pengetahuan teori
yang salah atau tidak memadai atau berdasarkan suatu data dasar yang tidak
lengkap, bisa dianggap tidak valid dan akan menghasilkan asuhan klien yang
tidak lengkap dan berbahaya.
Langkah
VI (Enam) : Melaksanakan Perencanaan
Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada langkah ke lima dilaksanakan secara efisien dan aman.
Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada langkah ke lima dilaksanakan secara efisien dan aman.
Perencanaan
ini bisa dilakuka sepenuhnya oleh bidan atau sebagian dilakukan oleh bidan dan
sebagian lagi oleh klien, atau tim kesehatan lainnya. Jika bidan tidak
melakukan sendiri, ia tetap memikul tanggung jawab untuk mengarahkan
pelaksanaannya (misalnya: memastikan agar langkah-langkah tersebut benar-benar
terlaksana). Dalam situasi dimana bidan berkolaborasi dengan dokter, untuk
menangani klien yang mengalami komplikasi, maka keterlibatan bidan dalam
manajemen asuhan bagi klien adalah tetap bertanggungjawab terhadap
terlaksananya rencana asuhan bersama yang menyeluruh tersebut. Manajemen yang
efisien akan menyingkat waktu dan biaya serta meningkatkan mutu dari asuhan
klien.
|
Pada langkah ketujuh ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi di dalam masalah dan diagnosa. Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang benar efektif dalam pelaksanaannya. Ada kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut telah efektif sedang sebagian belum efektif.
Mengingat
bahwa proses manajemen asuhan ini merupakan suatu kontinum maka perlu mengulang
kembali dari awal setiap asuhan yang tidak efektif melalui proses manajemen
untuk mengidentifikasikan mengapa proses manajemen tidak efektif serta
melakukan penyesuian pada rencana asuhan tersebut. Langkah-langkah proses
manajemen pada umumnya merupakan pengkajian yang memperjelas proses pemikiran
yang mempengaruhi tindakan serta berorientasi pada proses klinis. Karena proses
manajemen tersebut berlangsung di dalam situasi klinik dan dua langkah yang
terakhir tergantung pada klien dan situasi klinik, maka tidak mungkin proses
manajemen ini dievaluasi dalam tulisan saja.
D.
KEWENANGAN
BIDAN
|
Berdasarkan
Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor 1464/Menkes/Per/X/2010 tentang
Izin dan Penyelenggaran Praktik Bidan, kewenangan yang dimiliki bidan meliputi:
1.
Kewenangan normal:
a)
Pelayanan kesehatan ibu
b)
Pelayanan kesehatan anak
c)
Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan
dan keluarga berencana
2.
Kewenangan dalam menjalankan program
Pemerintah
3.
Kewenangan bidan yang menjalankan
praktik di daerah yang tidak memiliki dokter
Kewenangan
normal adalah kewenangan yang dimiliki oleh seluruh bidan. Kewenangan ini
meliputi:
1.
Pelayanan kesehatan ibu
a)
Ruang lingkup:
1)
Pelayanan konseling pada masa pra hamil
2)
Pelayanan antenatal pada kehamilan
normal
3)
Pelayanan persalinan normal
4)
Pelayanan ibu nifas normal
5)
Pelayanan ibu menyusui
6)
Pelayanan konseling pada masa antara dua
kehamilan
b)
Kewenangan:
1)
Episiotomi
2)
Penjahitan luka jalan lahir tingkat I
dan II
3)
Penanganan kegawat-daruratan,
dilanjutkan dengan perujukan
4)
Pemberian tablet Fe pada ibu hamil
5)
Pemberian vitamin A dosis tinggi pada
ibu nifas
6)
Fasilitasi/bimbingan inisiasi menyusu
dini (IMD) dan promosi air susu ibu (ASI) eksklusif
7)
Pemberian uterotonika pada manajemen
aktif kala tiga dan postpartum
|
8)
Penyuluhan dan konseling
9)
Bimbingan pada kelompok ibu hamil
10) Pemberian
surat keterangan kematian
11) Pemberian
surat keterangan cuti bersalin
2.
Pelayanan kesehatan anak
a)
Ruang lingkup:
1)
Pelayanan bayi baru lahir
2)
Pelayanan bayi
3)
Pelayanan anak balita
4)
Pelayanan anak pra sekolah
b)
Kewenangan:
1)
Melakukan asuhan bayi baru lahir normal
termasuk resusitasi, pencegahan hipotermi, inisiasi menyusu dini (IMD), injeksi
vitamin K 1, perawatan bayi baru lahir pada masa neonatal (0-28 hari), dan
perawatan tali pusat
2)
Penanganan hipotermi pada bayi baru
lahir dan segera merujuk
3)
Penanganan kegawatdaruratan, dilanjutkan
dengan perujukan
4)
Pemberian imunisasi rutin sesuai program
Pemerintah
5)
Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak
balita dan anak pra sekolah
6)
Pemberian konseling dan penyuluhan
7)
Pemberian surat keterangan kelahiran
8)
Pemberian surat keterangan kematian
3.
Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan
dan keluarga berencana, dengan kewenangan:
a)
Memberikan penyuluhan dan konseling
kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana
b)
Memberikan alat kontrasepsi oral dan
kondom
|
1.
Pemberian alat kontrasepsi suntikan,
alat kontrasepsi dalam rahim, dan memberikan pelayanan alat kontrasepsi bawah
kulit
2.
Asuhan antenatal terintegrasi dengan
intervensi khusus penyakit kronis tertentu (dilakukan di bawah supervisi
dokter)
3.
Penanganan bayi dan anak balita sakit
sesuai pedoman yang ditetapkan
4.
Melakukan pembinaan peran serta
masyarakat di bidang kesehatan ibu dan anak, anak usia sekolah dan remaja, dan
penyehatan lingkungan
5.
Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak
balita, anak pra sekolah dan anak sekolah
6.
Melaksanakan pelayanan kebidanan
komunitas
7.
Melaksanakan deteksi dini, merujuk dan
memberikan penyuluhan terhadap Infeksi Menular Seksual (IMS) termasuk pemberian
kondom, dan penyakit lainnya
8.
Pencegahan penyalahgunaan Narkotika,
Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya (NAPZA) melalui informasi dan edukasi
9.
Pelayanan kesehatan lain yang merupakan
program Pemerintah
Khusus untuk pelayanan alat kontrasepsi
bawah kulit, asuhan antenatal terintegrasi, penanganan bayi dan anak balita
sakit, dan pelaksanaan deteksi dini, merujuk, dan memberikan penyuluhan
terhadap Infeksi Menular Seksual (IMS) dan penyakit lainnya, serta pencegahan
penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya (NAPZA), hanya
dapat dilakukan oleh bidan yang telah mendapat pelatihan untuk pelayanan
tersebut.
Selain itu, khusus di daerah (kecamatan
atau kelurahan/desa) yang belum ada dokter, bidan juga diberikan kewenangan
sementara untuk memberikan pelayanan kesehatan di luar kewenangan normal,
dengan syarat telah ditetapkan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
Kewenangan bidan untuk memberikan pelayanan kesehatan di luar kewenangan normal
tersebut berakhir dan tidak berlaku lagi jika di daerah tersebut sudah terdapat
tenaga dokter.
|
BAB
III
PENDOKUMENTASIAN DENGAN SOAP
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL PATOLOGI
NY.U DENGAN
HIPEREMESIS GRAVIDARUM DI RSUD DR. ADHYATMA TUGUREJO-SEMARANG
Tanggal/ Jam Pasien Masuk :
11 Januari 2013 / 08.00 WIB
Tanggal/ Jam Pengkajian : 11 Januari 2013 / 08.30 WIB
Tempat :
Ruang Bougenvile
I. DATA SUBJEKTIF
A. Biodata Klien
1.
Identitas Ibu
Nama : Ny. U
Umur : 27 tahun
Agama : Islam
Pendidikan :
SMP
Pekerjaan :
Ibu Rumah Tangga
Suku, bangsa :
Jawa, Indonesia
Alamat : Gunung
Pati RT 03 RW 05 Semarang
2.
Identitas Suami
Nama : Tn. A
Umur : 30 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan :
Buruh
Suku,
bangsa :
Jawa, Indonesia
Alamat :
Gunung
Pati RT 03 RW 05 Semarang
|
B.
Alasan
Datang
|
Ibu mengatakan ingin
mendapat pertolongan karena mual muntah terus menerus sampai mengganggu
aktivitas sehari-hari.
C. Keluhan Utama
Ibu mengatakan mual dan
muntah tiap lebih dari 10 kali, mual terjadi terutama makan dan minum, ibu juga
mengatakan merasa lemas dan pusing serta nyeri ulu hati.
D. Riwayat Penyakit Sekarang
Ibu mengatakan
mengalami mual muntah yang sering sejak 3 hari yang lalu yaitu tanggal 8
Januari 2013. Mual muntah yang dialami ibu mencapai lebih dari 10 kali sehari.
Sebelum melakukan rawat inap di rumah sakit ibu pernah memeriksakan kondisinya
ke dokter tetapi tidak ada perubahan sehingga ibu memutuskan untuk melakukan
rawat inap di rumah sakit karena mual muntahnya berlebihan dan sampai
mengganggu aktivitas.
E. Riwayat Menstruasi
1.
Menarche :
13 tahun
2.
Siklus :
± 28 hari
3.
Lama :
± 7 hari
4.
Banyak
: ± 2x ganti pembalut tiap hari
5.
Keluhan :
Tidak ada keluhan
6.
Flour Albus : Sebelum dan setelah menstruasi
7.
HPHT : 3 Oktober 2012
F. Riwayat Perkawinan
1.
Menikah :
Ya
2.
Umur Waktu Menikah : 20 tahun
3.
Pernikahan Ke : 1
4.
Lama Pernikahan : 2 tahun
G.
Riwayat
Kehamilan, Persalinan dan Nifas Yang Lalu
|
No.
|
Kehamilan
|
Persalinan
|
|||||||||
Umur
|
Keadaan
|
Tempat
|
Penolong
|
Jenis
|
Bayi
lsg
|
J.K
|
BB
|
PB
|
Cacat
|
Keadaan
|
|
Keha
|
Persalinan
|
Menangis
|
Bawaan
|
||||||||
Milan
|
|||||||||||
Nifas
|
Keadaan anak sekarang
|
||||
Lochea
|
Lactasi
|
Involusi
|
Keadaan
|
Umur
|
Keadaan
|
H. Riwayat Keluarga Berencana
1.
Pernah KB : Belum pernah
2.
Jenis
Kontrasepsi :
Tidak dikaji
3.
Lama Penggunaan : Tidak dikaji
4.
Alasan Dilepas / Dihentikan : Tidak dikaji
5.
Keinginan
KB yang Akan Datang : Belum direncanakan
I. Riwayat Kehamilan Sekarang
HPHT : 3 Oktober 2012 HPL : 17
Juli 2013
BB sebelum hamil : 47 kg
Jenis
|
Trimester
I
|
Trimester
II
|
Trimester
III
|
||
ANC / di
|
2x di bidan,
|
||||
Keluhan
|
Mual muntah, pusing,
lemas
|
||||
Pesan Nakes
|
Hindari makanan yang
berbau menyengat, istirahat, kurangi aktivitas berat, makan sedikit tapi
sering.
|
||||
Imunisasi TT
|
TT1 : belum diberikan
|
|
|||
Table Fe
|
20 Tablet
|
||||
Kenaikan BB
|
2 Kg
|
||||
Gerakan janin
|
Belum terasa
|
J. Riwayat Kesehatan
1.
Riwayat Kesehatan Klien
a)
Riwayat penyakit sebelum hamil
Ibu
mengatakan bahwa sebelum hamil tidak pernah sakit parah
sampai mengganggu kehamilannya, hanya batuk pilek biasa.
b)
Riwayat penyakit selama hamil
Ibu
mengatakan 3 hari terakhir mual muntah berlebihan sehingga harus dirawat di rumah sakit.
c)
Riwayat penyakit menular
Ibu mengatakan tidak
mempunyai penyakit menular seperti penyakit kuning dan TBC.
d)
Riwayat penyakit menurun
Ibu mengatakan tidak
mempunyai penyakit menurun seperti sesak nafas, tekanan darah tinggi, kencing
manis, dan penyakit jantung.
K. Riwayat Kesehatan Keluarga
1.
Riwayat penyakit menular pada keluarga
Ibu mengatakan di dalam
keluarganya yang tinggal serumah dengan ibu tidak ada yang mempunyai penyakit
menular seperti TBC dan penyakit kuning.
2.
Riwayat penyakit menurun pada keluarga
Ibu mengatakan di dalam
keluarga ibu dan suami tidak ada yang mempunyai penyakit menurun seperti
tekanan darah tinggi, penyakit jantung, sesak nafas dan kencing manis.
3.
Riwayat keturunan kembar
|
Ibu mengatakan di dalam
keluarga ibu maupun keluarga suami tidak ada yang mempunyai keturunan kembar.
L. Riwayat Psikososial
1.
Penerimaan Ibu Terhadap Kehamilan
Ibu
mengatakan merasa senang dengan kehamilannya sekarang, tapi ibu merasa cemas
dengan kondisinya sekarang akibat mual muntah berlebih yang
dirasakan.
2.
Penerimaan Keluarga Terhadap Kehamilan
Ibu
mengatakan bahwa keluarga merasa senang dengan kehamilannya tapi keluarga
merasa cemas dengan kondisi ibu sekarang.
3.
Rencana Pengasuhan Anak
Ibu
mengatakan akan mengasuh anaknya sendiri dibantu oleh suami dan keluarga.
4.
Budaya Keluarga yang Dianut Terhadap
Kehamilan
Ibu mengatakan bahwa ibu tidak berpantang
makanan.
M.Pola kehidupan sehari-hari
Pola
|
Sebelum hamil
|
Selama hamil
|
||
1.
Nutrisi
a)
Pola makan/banyaknya
b)
Minum/banyaknya
c)
Keluhan
d)
Yang sering dikonsumsi
|
3x sehari porsi sedang
8 gelas belimbing/hari
Tidak ada
Nasi, ikan, sayur, tempe
|
2x sehari porsi kecil,
6 gelas belimbing/hari
Kurang nafsu makan
Nasi , Sayur
|
||
2.
Eliminasi
a)
Pola BAB
b)
Keluhan
c)
Konsistensi
d)
Pola BAK
e)
Keluhan
f)
Konsistensi
|
1 x sehari
Tidak ada
Lunak
7-8 x sehari
Tidak ada
Kuning jernih
|
1x sehari
Lunak
9 x sehari
Tidak ada
Kuning jernih
|
||
3.
Istirahat
Lama
|
Siang : 2 jam
Malam : 8 jam
|
Siang : 1 jam
Malam :7 jam
|
||
4.
Aktivitas
a)
Di rumah
b)
Di luar rumah
c)
Yang melelahkan ibu
|
Mencuci, Memasak
Belanja
Mencuci
|
Memasak,menyapu
Belanja
Menyapu
|
||
5.
Seksual
a)
Frekuensi
b)
Keluhan yang dirasakan
|
Tidak dikaji
Tidak dikaji
|
Tidak dikaji
Tidak dikaji
|
||
6.
Kegiatan yang mempengaruhi
kesehatan
a)
minum-minuman keras
b)
merokok
c)
minum obat2an
d)
minum kopi
e)
minum softdrink
f)
memakai pakaian ketat
g)
memakai sandal/sepatu hak tinggi
|
Tidak pernah
Tidak pernah
Jarang
Tidak pernah
Tidak pernah
Tidak pernah
Tidak pernah
|
Tidak pernah Tidak pernah
Tidak pernah
Tidak pernah
Tidak pernah
Tidak pernah
Tidak pernah
|
N.
Pengetahuan
Tentang Kehamilan dan Persalinan
1.
Pengetahuan
tentang kebutuhan nutrisi dan cairan ibu hamil
Ibu
mengatakan bahwa selama hamil harus makan-makanan bergizi seperti nasi, sayur,
lauk, buah dan minum banyak.
2.
Pengetahuan tentang kebutuhan istirahat
dan aktivitas
Ibu mengatakan selama
hamil harus cukup istirahat dan mengurangi aktivitas yang melelahkan.
3.
Pengetahuan tentang perawatan payudara
Ibu mengatakan belum
mengetahui tentang perawatan payudara.
4.
Pengetahuan tentang senam hamil
Ibu
mengatakan belum mengetahui tentang senam hamil
5.
Pengetahuan
tentang tanda bahaya kehamilan dan penanganannya
Ibu
mengatakan tanda bahaya kehamilan yaitu apabila sakit kepala yang tidak hilang
serta keluar darah banyak dari jalan lahir.
6.
Pengetahuan tentang tanda-tanda
persalinan
Ibu mengatakan
tanda-tanda persalinan adalah jika sudah mengeluarkan lendir darah dan kawah
pecah.
II. DATA OBJEKTIF
A. Data Umum
1.
Keadaan Umum : Sedang
2.
Kesadaran : Composmentis
3.
BB sebelum hamil : 47 kg
4.
BB sekarang : 46 kg
5.
Lila :
24 cm
6.
Tinggi badan : 157 cm
7.
HPL :
17 Juli 2013
B. Tanda-Tanda Vital
1.
Tekanan Darah : 100/70 mmHg
2.
Nadi :
94 x/menit
3.
Suhu :
37 ˚ C
|
4.
Respirasi : 22 x/menit
C. Status Present
1.
Kepala
:
rambut dan kulit kepala bersih, tidak ada
benjolan maupun nyeri tekan
2.
Wajah : pucat, tidak oedem
3. Mata : simetris,
konjungtiva pucat, sklera putih,tidak
ikterik, fungsi penglihatan baik.
4.
Hidung
:
simetris, septum di tengah, tidak ada polip, tidak
ada sekret.
5.
Mulut
:
kering, pucat, lidah
kotor.
6.
Telinga
:
simetris, tidak ada serumen, tidak ada
perdarahan, fungsi pendengaran
baik.
7.
Leher
: tidak ada
pembesaran kelenjar tiroid dan vena
jugularis.
8.
Dada
:
simetris, pernafasan teratur, tidak ada bunyi
mengi.
9.
Payudara : simetris, tidak ada benjolan, maupun nyeri tekan
10.
Abdomen :
tidak ada luka bekas operasi, ada nyeri
tekan,
tidak ada pembesaran hati.
11.
Ekstremitas
atas : teraba hangat, tidak pucat, tidak oedem, kapilary
refill < 2 detik.
12.
Ekstremitas
bawah : teraba hangat, tidak pucat, tidak oedem, kapilary
refill < 2 detik.
13.
Punggung : tidak ada kelainan bentuk tualang punggung,tidak
ada nyeri ketuk
14.
Genetalia : tidak diperiksa
15.
Anus : tidak diperiksa
D.
Status Obstetri
|
1.
Muka : pucat, tidak ada chloasma gravidarum
2.
Payudara
: puting
susu menonjol,
ada hiperpigmentasi areola, ASI
belum keluar
3.
Abdomen :
a)
Inspeksi
: tidak ada striae gravidarum
dan linea nigra.
b)
Palpasi Leopold
Leopold I : teraba ballotement
Leopold
II : tidak dikaji
Leopold
III : tidak dikaji
Leopold
IV : tidak dikaji
c)
Auskultasi DJJ : tidak diperiksa
d)
TFU Mc. Donal : tidak diperiksa
e)
TBJ :
tidak diperiksa
4.
Panggul luar :
a)
Distansia spinarum :tidak diukur (normal 23-26 cm)
b)
Distansia cristarum :tidak diukur (normal 26-29 cm)
c)
Distansia tuberum :tidak diukur (normal
10-11,5 cm)
d)
Conjugata eksterna :tidak diukur (normal 18-20 cm)
e)
Lingkar panggul :tidak diukur (normal
80-100 cm)
5.
Genetalia : tidak diperiksa
6.
VT :
tidak diperiksa
E. Pemeriksaan Penunjang
1.
Hb :
9,6 gram%
2.
Protein urin : tidak diperiksa
3.
Urin reduksi : tidak diperiksa
4.
USG :
tampak janin tunggal, hidup intrauterine
Subyektif
|
Obyektif
|
Assesment
|
Jam
|
Planning
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||
Tanggal 11
Januari 2013 Jam 08.30
-
Ibu mengatakan bernama Ny. U umur 27
tahun
-
Ibu mengatakan ini kehamilannya yang pertama, belum pernah melahirkan dan
belum pernah keguguran
-
Ibu mengatakan HPHT tanggal 3 Oktober 2012
-
Ibu mengatakan mengalami mual muntah berlebihan sejak tanggal 8 Januari 2013,
mual muntah yang dialami ibu mencapai >10 kali sehari. Sebelum melakukan
rawat inap di rumah sakit ibu pernah memeriksakan kondisinya ke dokter tetapi
tidak ada perubahan sehingga ibu memutuskan untuk melakukan rawat inap di
rumah sakit karena mual muntahnya berlebihan dan sampai mengganggu aktivitas.
Tanggal 12 Januari
2013 Jam 06.30
Ibu mengatakan masih
mengalami mual tetapi muntahnya sudah berkurang menjadi 2 kali dan sudah
tidak lemas.
Ibu berencana untuk
pulang
|
KU : sedang
Kesadaran :
composmentis
TD : 100/70 Mmhg
Nadi : 94 x/menit
Respirasi : 22
x/menit
Suhu : 37 ° C
Status
Present:
Wajah : pucat, tidak
oedem
Mata : simetris,
konjungtiva pucat, sklera putih,tidak ikterik, fungsi penglihatan baik.
Mulut: kering, pucat,
lidah kotor.
Status
Obstetri:
Muka : pucat, tidak ada chloasma gravidarum
Payudara : puting
susu menonjol, ada hiperpigmentasi areola, ASI belum keluar
Abdomen :
Inspeksi : tidak ada striae gravidarum dan
linea nigra.
Palpasi Leopold
Leopold I : teraba
ballotement
Leopold II : tidak
dikaji
Leopold III : tidak
dikaji
Leopold IV : tidak
dikaji
Pemeriksaan Penunjang
Hb : 9,6 gr%
USG : tampak janin
tunggal, hidup intra uterin.
KU : sedang
Kesadaran :
composmentis
TD : 110/70 Mmhg
Nadi : 88 x/menit
Respirasi : 20x/menit
Suhu : 36,5 ° C
Status
present:
-Wajah : tidak pucat,
tidak oedem
-Mata:simetris,
konjungtiva merah muda, sklera putih,tidak ikterik, fungsi penglihatan baik.
-Mulut: lembab, tidak
pucat.
ekstremitas atas
: tidak pucat, tidak oedem, kapilary
refill < 2 detik, turgor kulit normal, terpasang infus di tangan sebelah
kiri
-Ekstremitas bawah
: tidak pucat, tidak oedem, tidak
varises, kapilary refill < 2 detik, turgor kulit normal.
|
Diagnosa
Kebidanan:
Ny. U, 27 tahun,
G1P0A0 hamil 14 minggu, janin tunggal
hidup intra uterin dengan Hiperemesis Gravidarum tingkat I
Diagnosa
Potensial:
Dehidrasi
HEG Tingkat II
Antisipasi:
Minum yang cukup
Makan sedikit tapi
sering
Diagnosa
Kebidanan:
Ny. U, 27 tahun,
G1P0A0 hamil 14 minggu, janin tunggal
intra uterin dengan Hiperemesis Gravidarum tingkat I hari kedua
Diagnosa
Potensial:
Dehidrasi
HEG Tingkat II
Antisipasi:
Minum yang cukup
Makan sedikit tapi
sering
|
08.30
08.45
09.30
11.00
12.20
12.45
13.00
15.00
16.15
17.15
17.30
18.00
20.30
02.45
05.00
06.30
07.00
09.30
11.15
12.30
13.00
13.10
13.30
13.40
13.50
|
Melakukan kolaborasi
dengan dr. Sp.OG dan menjalankan advis dokter yaitu memasang infus RL 30 tpm
dan memberikan terapi obat melalui drip:
- neurobion 1x3ml
- metoclorpramid
1x2ml
08.35
Infus sudah terpasang
30 tpm dan menetes lancar
Memberitahu ibu hasil
pemeriksaan
TD : 100/60 mmhg
S :
37 ° C
Rr : 22
x/menit
09.00
Ibu paham dengan
hasil pemeriksaan.
Memberikan dukungan
pada ibu dan meyakinkan ibu bahwa mual muntah merupakan gejala normal pada
kehamilan muda dan ibu tidak perlu cemas dengan keadaannya karena akan
mendapatkan pengawasan dan pengobatan
10.00
Menganjurkan ibu agar bersedia untuk makan sedikit -
sedikit tapi sering, menganjurkan ibu untuk meminum obat oral setelah makan
dengan air putih:
- asam folat 1x0,5 mg
- mediamer 1x40mg
12.15
Ibu sudah memakan
makanan yang sudah disediakan 1 porsi tidak habis dan sudah meminum obat yang
sudah diberikan
12.35
TD:100/70 Mmhg
Nadi:90x/mnt
Suhu:36,80C
RR:22x/mnt
Ibu senang mendengar
hasil pemeriksaan dan Ibu mengatakan masih mengalami mual.
Menganjurkan pada ibu
untuk istirahat yang cukup
12.55 Ibu bersedia
untuk beristirahat.
13.00 Infus habis
14.00 Ibu sudah
tertidur.
neurobion 1x3ml
metoclorpramid 1x2ml
14.35
Infuse sudah diganti
dengan 30 tetes per menit dan menetes lancar
Memberikan air hangat
untuk mandi.
16.00
Pasien mengatakan
merasa nyaman setelah mandi, badan bersih, tidak kotor.
Berikan penkes
tentang nutrisi untuk ibu dengan HEG:
17.00
Ibu paham dan dapat
mengulang kembali penjelasan yang diberikan
Mengobservasi KU,
TTV, dan keluhan ibu serta memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan.
17.30
TD:100/70 Mmhg
Nadi:88x/mnt
Suhu:36,7 0 C
RR:22x/mnt
Ibu mengatakan masih
mengalami mual dan muntahnya sudah berkurang menjadi 5 kali
Ibu senang mengetahui
hasil pemeriksaan
-mediamer 1x 40mg
19.00
Ibu sudah makan
makanan yang diberikan, 1 porsi tidak habis, dan sudah meminum obat yang
diberikan
Mengganti flabot
infuse dengan RL drip:
neurobion 1x3ml
metoclorpramid 1x2ml
18.05
Infuse sudah diganti
dengan 20 tetes per menit dan menetes lancar
Menganjurkan ibu
untuk istirahat yang cukup
20.05 Ibu bersedia
mengikuti anjuran yang diberikan
22.00 Ibu sudah tertidur
02.45 Infus habis
Mengganti flabot
infus dengan RL drip:
Neurobion1x3ml
Metoclopramid 1x2ml
02.50
Infuse sudah
terpasang dengan 20 tpm dan menetes lancar
Memberikan air hangat
untuk mandi.
Pasien mengatakan
merasa nyaman setelah mandi, badan bersih, tidak kotor.
Mengobservasi KU, TTV, dan keluhan ibu serta memberitahu
ibu hasil pemeriksaan
06.45
TD:100/70 mmHg
N:88x/mnt
S:36,5 0 C
RR:20x/mnt
Ibu mengatakan mual
sudah berkurang, muntah masih 2 kali
Ibu senang mendengar
hasil pemeriksaan.
Menganjurkan ibu
untuk makan makanan yang sudah disediakan, dan minum air hangat untuk
mengurangi mualnya, dan meminum obat oral setelah makan:
-mediamer 1x 40mg
08.00
Ibu sudah makan
makanan yang diberikan, 1 porsi tidak habis, dan sudah meminum obat yang
diberikan
Mengganti flabot
infus dengan RL drip:
Neurobion1x3ml
Metoclopramid 1x2ml
09.35
Memenuhi kebutuhan
nutrisi dan cairan dengan memberikan makanan dan minuman pada ibu, serta menganjurkan ibu untuk
meminum obatnya setelah makan dengan air putih:
-mediamer 1x40mg
12.30
Ibu sudah makan 1
porsi habis dan minum 1 gelas air putih serta meminum obatnya
12.45
KU:baik
TD:110/80 mmHg
N:88x/mnt
S:36,50C
RR:20x/mnt
Ibu mengatakan mual
berkurang tetapi sudah tidak muntah.
Ibu senang mendengar
hasil pemeriksaan dan ibu sudah boleh pulang
Melepas infus
13.10 Infuse sudah
terlepas
13.30
Ibu paham dan mau
mengikuti anjuran
Memberikan resep obat
untuk terapi lanjutan di rumah :
-asam folat 1x0,5mg
-mediamer 1x40mg
13.40
Ibu telah menerima
resep obat yang diberikan bidan
13.50
Ibu paham, dan akan
meminum obatnya secara teratur
Menganjurkan ibu
untuk kunjungan ulang 1 minggu lagi pada tanggal 28 Desember 2012 ke
bidan atau jika ada keluhan
14.00
Ibu akan melakukan
kunjungan ulang ke bidan
14.15
Ibu pulang dalam
keadaaan sehat
|
|
BAB
IV
PENUTUP
A.
Simpulan
Setelah menguraikan asuhan
kebidanan
pada Ny. U dengan
Hiperemesis Gravidarum yang merupakan pengamatan
langsung pada klien yang dirawat di ruang
Bougenville RSUD Dr. Adhyatma Tugurejo Semarang dari
tanggal 11 Januari 2013, maka dalam
bab ini penyusun akan menyimpulkan hal-hal yang telah diuraikan pada bab-bab
sebelumnya.
1. Diagnosa Hiperemesis
Gravidarum didapat berdasarkan data subyektif yaitu pasien mengeluh sering mual
muntah ketika makan dan minum, mual muntah sehari lebih dari 10 kali. Data objektif yaitu: lidah kering, mata
cekung, tekanan darah 100/70 mmHg, nyeri epigastrium.
2.
Asuhan yang
diberikan pada Ny. U adalah memasang infus RL 30 tpm dengan tujuan untuk
mengganti cairan yang hilang akibat mual muntah yang berlebihan, memberi terapi
obat neurobion untuk mengurangi nyeri epigastrium dan metoclorpramid untuk
mengurangi mual muntah.
3.
Setelah
dilakukan asuhan kebidanan, keadaan pasien membaik, mual muntah berkurang
menjadi 2x sehari, nafsu makan kembali.
B.
Saran
1.
Tenaga kesehatan diharapkan dapat
mempertahankan dan memaksimalkan asuhan yang diberikan terhadap pasien, khususnya
pasien hiperemesis gravidarum.
2.
Sebaiknya tenaga kesehatan tidak hanya
mengkaji keadaan fisik saja, tetapi mengkaji keadaan psikologis.
3.
Diharapkan pasien maupun keluarganya mampu menjaga
kesehatan pasien agar tidak mengalami mual muntah yang berlebihan lagi maupun
penyakit lainnya, serta segera datang ke tenaga kesehatan terdekat apabila ada
keluhan.
|
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI. 2011. Kewenangan Bidan Sesuai Permenkes Nomor 1464 Tahun 2010 tentang Izin
dan Penyelenggaraan Praktik Bidan. http://www.kesehatanibu.depkes.go.id/archives/171. diperoleh
tanggal 25 Februari 2013.
Tiran.
2009. Mual Muntah Kehamilan; Seri Asuhan
Kebidanan. Jakarta: EGC.
Hidayat. 2009. Asuhan keperawatan pada Kehamilan Fisiologis dan Patologis.
Jakarta: Salemba Medika.
Broussard, C dan Richter J. 2008. Hyperemesis Gravidarum. http://www.midwiferytoday.com.
diperoleh tanggal 26 Februari 2013.
Morgan & Hamilton. 2009. Obstetri & GInekologi: Panduan Praktik.
Jakarta: EGC.
Stabie, Issabel. 2007. Hyperemesis Gravidarum. http://ling.springer.com/chapter.
diperoleh tanggal 26 Februari 2013.
Susanti.
2009. Psikologi Kehamilan. Jakarta:
EGC.
Holler, Anja. 2008. Therapy and Buch Gynakologie and Geburtshilfe. http://ling.springer.com/chapter.
diperoleh tanggal 27 Februari 2013.
Mansjoer, Arif dkk. 2009. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta:
Media Aesculapius.
Nugraha. 2008. Komplikasi dalam Kehamilan dan Persalinan. http://www.litbangdepkes.go.id.
diperoleh tanggal 25 Februari 2013.
Edi. 2008. Mual Muntah yang Berlebihan. http://www.klikdokter.com.
diperoleh tanggal 25 Februaru 2013.
Nausea. 2008. Medical Encyclopedia Hyperemesis Gravidarum. http://www.ncbi.nim.gov/pubmedhealth.
diperoleh tanggal 27 Februari 2013.
Pudiastuti, Ratna Dewi. 2012. Asuhan Kehamilan Pada Ibu Hamil Normal dan
Patologi. Yogyakarta: Muha Medika.
No comments:
Post a Comment