Friday, May 10, 2013

askeb



  
ASUHAN KEBIDANAN IBU HAMIL PATOLOGI PADA NY. I DENGAN MOLA HIDATIDOSA DI RUANG CEMPAKA   RSUD KRATON
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
     Di Indonesia masalah ibu dan anak merupakan sasaran prioritas pembangunan bidang kesehatan. Angka kematian ibu merupakan salah satu indikasi yang menentukan derajat kesehatan suatu bangsa, oleh sebab itu hal ini merupakan prioritas dalam upaya peningkatan status kesehatan masyarakat  yang  utama di negara kita.
   Upaya kesehatan reproduksi salah satunya menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu hamil dan bersalin. Adapun penyebab langsung dari kematian ibu di indonesia adalah trias klasik yaitu perdarahan, infeksi, toksemia gravidarum.
    Salah satu penyebab perdarahan saat  kehamilan adalah mola hidatidosa merupakan penyakit wanita pada masa reproduksi(usia 15-45 tahun) dan pada multipara. Mola hidatidosa adalah kehamilan abnormal, dengan ciri-ciri stroma villus korialis langka vaskularisasi, dan edematus, janin biasanya meninggal , akan tetapi vilus-vilus yang membesar dan edematus itu hidup dan tumbuh terus gambaran yang diberikan ialah sebagai segugus buah anggur.(Sarwono,2008)
      Prevalensi mola hidatidosa lebih tinggi di Asia,Afrika, dan Amerika Latin dibandingkan dengan negara-negara barat. Di negara-negara barat dilaporkan 1:200 atau 2000 kehamilan. Di negara berkembang 1:100 atau 600 kehamilan. Soejoenos dkk.(1967) melaporkan 1:85 kehamilan; RS Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta 1: 31 persalinan dan 1:49 kehamilan; Luat A.Siregar(Medan) tahun 1982: 11-16 per 1000 kehamilan; soetomo (Surabaya):  1:80 persalinan; Djamhoer Martaadisoebrata (Bandung):  9-21 per 1000 kehamilan. Biasanya dijumpai lebih sering pada umur reproduktif (15-45 tahun); dan pada multipara. Jadi dengan meningkatnya parietas kemungkinan menderita mola akan lebih besar.(pudiastuti, 2012)

B.     Tujuan
1.      Tujuan Umum
Mampu memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan mola hidatidosa dan didokumentasikan dalam bentuk soap.
2.      Tujuan Khusus
a.       Mampu melakukan pengkajian pada ibu dengan mola hidatidosa.
b.      Mampu menginterpretasikan data untuk menegakkan diagnosa pada ibu dengan mola hidatidosa.
c.       Mampu mengidentifikasi diagnosa dan masalah potensial serta tindakan segera pada ibu dengan mola hidatidosa.
d.      Mampu memberikan intervensi yang tepat pada ibu dengan mola hidatidosa.
e.       Mampu mengimplementasikan tindakan sesuai standar asuhan berdasarkan intervensi yang diberikan.
f.       Mampu melakukan evaluasi terhadap asuhan yang telah diberikan.

C.    Manfaat
1)   Bagi Lahan Praktek
Sebagai bahan masukan agar dapat meningkatkan mutu pelayanan kebidanan melalui pendekatan asuhan kebidanan.
2)   Bagi Institusi Pendidikan
Memberikan konstribusi terhadap pengimbangan ilmu pengetahuan kebidanan untuk meningkatkan kesehatan.
3)   Bagi Klien
Mendapatkan asuhan kebidanan sesuai dengan standar pelayanan kebidanannya merupakan hak pasien.


BAB II
TINJAUAN TEORI


A.    Mola Hidatidosa
1.      Definisi
   Hamil mola adalah suatu kehamilan dimana setelah fertilisasi hasil konsepsi tidak berkembang menjadi embrio tetapi terjadi proliferasi dari villi korialis disertai dengan degenerasi hidropik. Uterus melunak dan berkembang lebih cepat dari usia gestasi yang normal, tidak dijumpai adanya janin, kavum uteri hanya terisi oleh jaringan seperti rangkaian buah anggur.(Sarwono.2008)
   Mola hidatidosa merupakan penyimpangan pertumbuhan dan perkembangan kehamilan yang tidak disertai janin dan seluruh villi korialis mengalami perubahan hidropik. (Manuaba.2009 )
    hidatidosa adalah kehamilan abnormal yang pada pemeriksaan histologi menunjukkan proliferasi sel trofoblas. Setinggi 80% pasien mola hidatidosa akan mengalami regresi setelah  evakuasi,regresi spontan setelah evucuation terjadi karena sel-sel trophoblostic memiliki aktivitas apoptosis. Setinggi 20% dari pasien mola hidatidosa menderita degenerasi keganasan yang secara klinis dikenal sebagai penyakit trofoblas ganas (MTD).( http://isjd.pdii.lipi.go.id/)

2.      Etiologi
Penyebab mola hidatidosa tidak diketahui, faktor-faktor yang dapat menyebabkannya antara lain:
a)      Faktor ovum: ovum memang sudah patoiogik sehingga mati, tetapai terlambat dikeluarkan.
b)      Imunoselektif dari trofoblast
c)      Keadaan sosio-ekonomi yang rendah
d)     Paritas tinggi
e)      Kekurangan protein
f)       Infeksi virus dan faktor kromosom yang belum jelas.(Pudiastuti,2012).
        Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Prof. Andrijono,SpOG (K) konsultan onkologi ginekologi FKUI. Menyatakan bahwa  salah satu yang diduga kuat sebagai penyebab terjadinya hamil anggur adalah kekurangan vitamin A. Pada penelitian ini, menemukan bahwa kadar vitamin A dalam darah penderita hamil anggur lebih rendah dibandingkan perempuan dengan kehamilan normal.Penelitian ini juga mem­perlihatkan bahwa risiko seorang perempuan hamil menderita hamil anggur adalah 6,8 kali lebih besar jika kadar vitamin A dalam darahnya kurang. Risiko itu dapat meningkat 7 kali jika kehamilan tersebut merupakan kehamilan yang pertama . (http://www.jurnalmedika.com/)
      Tingginya angka kejadian kehamilan molar dalam beberapa populasi telah dikaitkan dengan faktor-faktor sosial ekonomi dan gizi. Studi kasus-kontrol di kedua negara Italia dan Amerika Serikat menunjukkan bahwa asupan makanan rendah lemak karoten dan hewan mungkin terkait dengan peningkatan risiko dari mola. (http://www.nejm.org/)

3.      Gejala Klinis
a.    Amenore dan tanda-tanda kehamilan
b.    Perdarahan tidak teratur atau spoting
c.    Pembesaran abnormal uterus
d.   Pelunakan servik dan korpus uterus
e.    Mual dan muntah lebih hebat dan sering
f.       Tinggi fundus uteri dapat lebih tinggi dari umur kehamilan sebenarnya
g.    Keadaan umum buruk dan disertai pengeluaran gelembung mola
          Pada pemeriksaan kehamilan tidak dijumpai tanda-tanda hamil pasti seperti ballotemen, teraba kerangka janin, dan tidak terdengar detak jantung janin.
   Dugaan penyakit mola dapat dipastikan dengan melakukan pemeriksaan kadar hormon korion gonadotropin dalam darah maupun dalam urine. Peningkatan kadarnya sekitar hari ke 100 sangat besar kemungkinan mola hidatidosa. Dengan menggunakan ultrasonografi menunjukan tidak dijumpai kerangka janin.

4.      Patofisiologi
     Jonjot-jonjot korion imbuli berganda dan mengandung cairan merupakan kista-kista kecil seperti anggur. Biasanya didalamnya tidak berisi embrio. Secara histopatologik kadang-kadang ditemukan jaringan mola pada plasenta dengan bayi normal. Bisa juga terjadi kehamilan ganda mola adalah: satu janin tumbuh dan yang satu lagi menjadi mola hidatidosa. Gelembung mola besarnya bervariasi, mulai dari yang kecil sampai berdiameter lebih dari 1cm. Mola persialis adalah bila dijumpai janin dan gelembung-gelembung mola.
      Secara mikroskopik terlihat trias:
a)      Profilerasi dari trofoblas
b)      Degenerasi hidropik dari stroma villi dan kesembaban
c)      Terlambat atau hilangnya pembuluh darah dan stroma
    Sel-sel langhas tampak seperti sel polidral dengan inti terang dan adanya sel sinsisial giantik(syncytial giant cells). Pada kasus mola banyak kita jumpai ovarium dengan kista lutein ganda berdiameter 10cm atau lebih (25-60%). Kista lutein akan berangsur-angsur mengecil dan kemudian hilang setelah mola hidatidosa sembuh.(Pudiastuti,2012)
         Kehamilan molar adalah istilah yang menggambarkan gangguan anatomi vili yang mencakup anomali patologis perkembangan trofoblas. Analisis biokimia cairan yang terkandung dalam vesikel molar menunjukkan bahwa itu berasal dari difusi plasma ibu dan akumulasi protein trofoblas tertentu. Dalam kasus mol terkait dengan perkembangan janin atau presentasi dengan sisa-sisa janin komposisi vesikel molar tidak berubah oleh bentuk metabolisme janin. Temuan biokimia menunjukkan bahwa hidropik (hidatidosa) transformasi hasil mesenkim vili dari pembangunan yang menyimpang, kurangnya atau regresi dari pembuluh darah vili yang membuat pengaliran cairan disediakan oleh trofoblas . Fakta bahwa ringan sampai sedang edema vili umum sering ditemukan setelah kematian embrio atau janin awal mendukung konsep ini dan menyoroti fakta bahwa perubahan vili hidropik tidak identik dengan perubahan molar benar.(http://journals.cambridge.org)

5.      Penatalaksanaan mola hidatidosa
      Berhubung dengan kemungkinan bahwa mola hidatidosa menjadi ganas, maka terapi yang terbaik pada wanita dengan usia yang sudah lanjut dan sudah mempunyai jumlah anak yang diingini, ialah histerektomi. Akan tetapi pada wanita yang masih menginginkan anak, maka setelah kita mendiagnosis mola dipastikan, dilakukan pengeluaran mola dengan kerokan isapan (sunction curettage ) disertai dengan pemberian infus oksitosin intravena. Sesudah itu dilakukan kerokan dengan kuret tumpul untuk mengeluarkan sisa-sisa konseptus, kerokan perlu dilakukan hati-hati berhubung dengan bahaya perforasi.
     Tujuh sampai sepuluh hari sesudahnya itu dilakukan kerokan ulangan dengan kuret tajam, agar ada kepastian bahwa uterus betul-betul kosong, dan untuk memeriksa tingkat proliferasi sisa-sisa trofoblas yang dapat ditemukan. Makin tinggi tingkat itu, makin perlu untuk waspada terhadap kemungkinan keganasan.
    Sebelum mola dikeluarkan, sebaiknya dilakukan pemeriksaan roentgen paru-paru untuk menentukan ada tidaknya metastasis ditempat tersebut.
Setelah mola dilahirkan, dapat ditemukan bahwa kedua ovarium membesar menjadi kista teka-lutein. Kista-kista ini yang tumbuh karena pengaruh hormonal, kemudian mengecil sendiri.
Penanganan Khusus :
·         Segera lakukan evakuasi jaringan mola dan sementara proses evakuasi berlangsung berikan infus oksitosin dalam 500 ml NS atau RL dengan kecepatan 40-60 tpm
·         Pengosongan dengan aspirasi vacum lebih aman dari kuretase tajam
·         Kenali dan tangani komplikasi penyerta seperti tiritoksikosis,atau krisis tiroid baik sebelum, selama dan setelah prosedur evakuasi
·         Anemia sedang cukup diberikan sulfas ferosus 600 mg/hari, untuk anemia berat lakukan transfusi
·         Kadar HCG diatas 100.000IU/L pra evakuasi dianggap sebagai resiko tinggi untuk perubahan ke arah ganas, pertimbangkan untuk memberikan methotrexate (MTX ) 3-5 mg/Kg BB atau 25 mg IM dosis tunggal
·         Lakukan pemantauan kadar HCG hingga minimal 1 tahun pasca evakuasi
·         Selama pemantauan, pasien dianjurkan untuk menggunakan kontrasepsi hormonal ( apabila masih ingin anak ) tubektomi apabila ingin menghentikan fertilisasi.
6.         Komplikasi Mola Hidatidosa
-Perdarahanhebat
-Anemis
-Syok
-Infeksi
-Perforasiuterus
- Keganasan (PTG)

B.     Menejemen Asuhan Kebidanan
 Manajemen asuhan kebidanan atau sering disebut manajeman kebidanan adalah suatu metode berpikir dan bertindak secara sistematis dan logis dalam memberikan asuhan kebidanan agar menguntungkan kedua belah pihak baik klien maupun pemberi asuhan. Manajemen kebidanan diadaptasi dari sebuah konsep yang dikembangkan oleh Helen Varney dalam buku Varney’s Midwifery, edisi ketiga tahun 2001, menggambarkan proses manajemen asuhan kebidanan yang terdiri dari 7 langkah yang berturut secara sistematik dan siklik.
a.       Langkah Pertama : Mengumpulkan data bank melalui anamnesa, dan pemeriksaan yang  dibutuhkan untuk informasi yang akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien.
b.       Langkah Kedua : Menginterprestasikan data dengan tepat untuk mengindentifikasi masalah atau diagnosa. Pada langkah ini diidentifikasi terhadap diagnosa atau masalah berdasarkan interprestasi yang akurat atas data-data yang telah dikumpulkan
c.        Langkah Ketiga : Mengindentifikasi masalah atau diagnosa / mungkin timbul untuk mengantisipasi penanganannya. Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah potensial atau diagnosa potensial berdasarkan diagnosa / masalah yang sudah diidentifikasi.
d.       Langkah Keempat : Menetapkan kebutuhan tahap tindakan segera, untuk melakukan kesehatan lain berdasarkan kondisi klien. Pada langkah keempat mencerminkan kesinambungan dari proses penatalaksanaan kebidanan sebelumnya.
e.        Langkah Kelima          : Menyusun rencana asuhan secara menyeluruh dengan tempat dan rasional berdasarkan keputusan yang dibuat pada langkah-langkah sebelumnya. Pada langkah ini direncanakan asuhan yangh menyeluruh ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan penatalaksanaan terhadap masalah atau diagnosa yang telah diidentifikasikan atau diantisipasi.
f.        Langkah Keenam       : Pelaksanaan pemberian asuhan dengan memperhatikan efisiensi dan keamanan tindakan. Pada langkah ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada langkah ke-5 dilaksanakan secara efisien dan aman.
g.        Langkah Ketujuh        : Mengevakuasi keefektifitas asuhan yang telah diberikan pada langkah VII ini dilakukan evaluasio keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan akan bantuan benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasikan di dalam diagnosa dan masalah

C. Landasan Hukum
 Landasan Hukum yang mendasari penulisan karya tulis ilmiah ini  adalah :
1.    Kep.MenKes RI No. 1464/MENKES/PER/X/2010 tentang izin dan penyelenggaraan praktik bidan.
a.    Pasal 10
                                                                 Bidan dalam memberikan pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berwenang untuk :
1)                      Episiotomi
2)                      Penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II
3)        Penanganan kegawat-daruratan, dilanjutkan dengan perujukan
4)        Pemberian tablet Fe pada ibu hamil
5)        Pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas
6)        Fasilitasi/bimbingan inisiasi menyusu dini dan promosi air susu ibu eksklusif
7)        Pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala tiga dan postpartum
8)        Penyuluhan dan konseling
9)        Bimbingan pada kelompok ibu hamil
10)    Pemberian surat keterangan kematian
11)    Pemberian surat keterangan cuti bersalin
b.    Pasal 18
                 Dalam melaksanakan praktik/kerja, bidan berkewajiban untuk :
1)        Menghormati hak pasien
2)        Memberikan informasi tentang masalah kesehatan pasien dan pelayanan yang dibutuhkan
3)        Merujuk kasus yang bukan kewenangannya atau tidak dapat ditangani dengan tepat waktu
4)        Meminta persetujuan tindakan yang akan dilakukan
5)        Memyimpan rahasia pasien sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
6)        Melakukan pencatatan asuhan kebidanan dan pelayanan lainnya secara sistematis.
7)        Mematuhi standar.
8)        Melakukan pencatatan dan pelaporan penyelenggaraan praktik kebidanan termasuk pelaporan kelahiran dan kematian.
c.    Pasal 19
                 Dalam melaksanakan praktik/kerja, bidan mempunyai hak :
1)        Memperoleh perlindungan hukum dalam melaksanakan 3praktik/kerja sepanjang sesuai dengan standar.
2)        Memperoleh informasi yang lengkap dan benar dari pasien dan/atau keluarganya.
3)        Melaksanakan tugas sesuai dengan kewenangan dan standar, dan
4)        Menerima imbalan jasa profesi.

2.    Standar  Kompetensi Bidan
      Kompetansi Ke-3 : Bidan memberikan asuhan antenatal bermutu tinggi untuk mengoptimalkan kesehatan selama kehamilan yang meliput deteksi dini, pengobatan atau rujukan.

3.    Standart Pelayanan Kebidanan
a.       Standart  4 : Pemeriksaan dan Pemantauan Antenatal
1)       Tujuaanya :
    Memberikan pelayanan antenatal berkualitas dan deteksi dini komplikasi  kehamila
2)        Pernyataan standar :
   Bidan memberikan sedikitnya 4 kali pelayanan antenatal. Pemeriksaan meliputi    anamnesis dan  pemantauan ibu dan janin dengan seksama untuk menilai  apakah perkembangan berlangsung  normal. Bidan juga harus mengenal   kehamilan risti/ kelsinan khususnya anemia, kurang gizi, hipertensi,  PMS/infeksi HIV, memberikan pelayanan imunisasi,nasehat, dan penyuluhan  kesehatan serta  tugas terkait lainnya yang diberikan oleh puskesmas.
3)       Hasilnya antara lain :
  Ibu hamil mendapatkan pelayanan antenatal minimal 4 kali selama kehamilanMeningkatnya pemanfaatan jasa bidan oleh masyarakat. Deteksi dini dan   komplikasi kehamilan. Ibu hamil, suami, keluarga dan masyarakat mengetahui  tanda bahaya kehamilan dan tahu apa yang harus dilakukan.Mengurus transportasi rujukan jika sewaktu-waktu terjadi kegawatdaruratan.
4)        Persyaratannya antara lain :
  Bidan mampu memberikan pelayanan antenatal berkualitas, termauk penggunaan KMS ibu hamil dan kartu pencatatanhasil pemeriksaan                      kehamilan   (kartu ibu )
5)       Prosesnya antara lain :Bidan ramah, sopan dan bersahabat pada setiap kunjungan.

b.       Standart  5 : Palpasi Abdominal
1)       Tujuannya :
  Memperkirakan usia kehamilan, pemantauan pertumbuhan janin, penentuan  letak, posisi dan bagian bawah janin.
2)        Pernyataan standar :
  Bidan melakukan pemeriksaan abdomen dengan seksama dan melakukan   partisipasi untuk  memperkirakan usia kehamilan. Bila umur kehamialn   bertambah, memeriksa posisi, bagian  terendah, masuknya kepala janin ke  dalam rongga panggul, untuk mencari kelainan serta melakukan rujukan tepat  waktu.
3)       Hasilnya :
  Perkiraan usia kehamilan yang lebih baik. Diagnosis dini kehamilan letak, dan   merujuknya sesuai kebutuhan. Diagnosis dini kehamilan ganda dan kelainan lain serta merujuknya sesuai dengan kebutuhan
4)       Persyaratannya :
1. Bidan telah di didik tentang prosedur palpasi abdominal yang benar.
2. Alat, misalnya meteran kain, stetoskop janin, tersedia dalam kondisi baik.
3. Tersedia tempat pemeriksaan yang tertutup dan dapat diterima masyarakat.
4. Menggunakan KMS ibu hamil/buku KIA , kartu ibu untuk pencatatan.
5. Adanya sistem rujukan yang berlaku bagi ibu hamil yang memerlukan rujukan.
Bidan harus melaksanakan palpasi abdominal pada setiap kunjungan antenatal.

















BAB III
TINJAUAN KASUS
Asuhan Kebidanan pada Ny. I G1P0A0 dengan Mola Hidatidosa

Tanggal pasien masuk/ jam     : 9 Januari 2013/ 09.00 WIB
Tanggal Pengkajian/ jam         : 9 Januari 2013 / 09.05 WIB
No. Registrasi                                     : 259221

I. Data Subjektif
A. Identitas Ibu
      Nama                           : Ny. I
      Umur                           : 28 tahun
      Pekerjaan                     : Ibu rumah tangga
      Pendidikan                  : Sarjana
Agama                         : Islam
Suku Bangsa               : Jawa,indonesia
      Alamat                                    : Panjang wetan, Pekalongan

B.     Identitas Suami
      Nama                           : Tn. M
      Umur                           : 30 tahun
      Pekerjaan                     : Wiraswasta
      Pendidikan                  : Sarjana
      Agama                         : Islam
      Suku Bangsa               : Jawa,indonesia
      Alamat                                    : Panjang wetan, Pekalongan

C.     Alasan Datang
Ibu mengatakan datang ke RS dirujuk oleh Dokter untuk melakukan  pemeriksaan USG dan kuretase.

D.    Riwayat Penyakit Sekarang
Ibu mengatakan sering mengalami mual muntah sejak awal kehamilan dan keluar darah dari jalan lahir sejak tanggal 8 Januari 2013 pukul 06.15 WIB keluar flek darah. pukul 18.00 WIB ibu datang ke dokter dan di anjurkan untuk kuret. tanggal 9 januari 2013 pukul 09.45 ibu datang ke RSUD Kraton

E.     Riwayat Menstruasi
1. Menarche                            :12 th
2. Siklus                                  : ± 30 hari
3. Lama                                   : 5 hari
4. Banyak                                : 3x ganti pembalut tiap hari
5. Keluhan                               : tidak ada keluhan saat menstruasi
6. Flour Albus                         : keputihan setelah menstruasi,bening
                                                  tidak berbau
7. HPHT                                   : 7 September 2012

F.      Riwayat perkawinan
1.      Menikah                            : Iya
2.      Umur waktu menikah       : 27 tahun
3.      Pernikahan ke                    : 1
4.      Lama pernikahan               : 1 tahun

G.    Riwayat Kehamilan, Persalinan dan nifas yang lalu

No
Kehamilan
Persalinan
Umur
Keha
milan
Kea
daan
Tempat
Pe
nolong
Jenis
Persa
linan
Bayi
Langsung
menangis

J.K
BB
PB
Cacat
Bawaan
Kea
daan













Nifas
Keadaan anak sekarang
Lochea
Lactasi
Involusi
Keadaan
Umur
Keadaan







H.    RIWAYAT KELUARGA BERENCANA
1. Pernah KB                                      : Belum pernah
2. Jenis kontrasepsi                             : Tidak dikaji
3. Lama penggunaan                           : Tidak dikaji
4. Alasan dilepas/dihentikan               : Tidak dikaji
5. Keinginan KB yang akan datang    : Tidak dikaji

I.       RIWAYAT KEHAMILAN SEKARANG
HPHT                          : 7 September 2012
HPL                            : 14 Juni 2013
BB Sebelum hamil      : 50 kg


Keterangan
Trimester I
Trimester II
Trimester III
ANC/di
3x dibidan






Keluhan
Mual, muntah


Pesan nakes
Makan sedikit, tapi sering






Imunisasi TT
Belum di imunisasi






Tablet FE
30 tablet diminum habis






Kenaikan BB
2 kg






Gerakan Janin
Belum ada



J.       RIWAYAT KESEHATAN
1. Riwayat Kesehatan Ibu
a. Riwayat penyakit sebelum hamil
Ibu mengatakan sebelum hamil tidak pernah sakit parah.hanya batuk,pilek dan demam biasa yang sembuh dengan minum obat.
b. Riwayat penyakit selama hamil
Ibu mengatakan selama hamil tidak pernah sakit parah, hingga mengganggu kehamilannya,hanya mual muntah diawal kehamilan.
c.  Riwayat penyakit menular
 Ibu mengatakan tidak mempunyai penyakit menular seperti  TBC dan hepatitis.
d. Riwayat penyakit menurun
Ibu mengatakan mempunyai penyakit menurun dari keluarga, seperti tekanan darah tinggi,jantung,kencing manis dan asma.
2. Riwayat Kesehatan Keluarga
a.   Riwayat penyakit menular
Ibu mengatakan dalam keluarga ibu yang tinggal satu rumah tidak ada yang mempunyai penyakit menular seperti TBC , hepatitis.
b.   Riwayat penyakit menurun pada keluarga
Ibu mengatakan dalam keluarga ibu tidak  mempunyai tekanan darah tinggi, penyakit jantung, kencing manis, dan asma.
c. Riwayat keturunan kembar
Ibu mengatakan dari keluarga ibu maupun keluarga suami tidak ada yang mempunyai keturunan kembar.

K.  RIWAYAT PSIKOSOSIAL
      1.  Penerimaan Ibu pada saat proses persalinan
 Tidak dikaji.
2.      Penerimaan keluarga terhadap kehamilan
Tidak dikaji
3.      Rencana pengasuhan anak
Tidak dikaji
4.      Budaya keluarga yang dianut terhadap kehamilan dan persalinan
Tidak dikaji
L. POLA KEHIDUPAN SEHARI HARI
Pola
Sebelum Hamil
Selama hamil
1 . NUTRISI


  1. Pola Makan/banyaknya
3x / hari porsi sedang
3x / hari porsi kecil
            Minum/ banyaknya
8-9  gelas / hari
8-9 gelas / hari
  1. Keluhan
Tidak ada
Tidak ada
  1. Makanan yang sering dikonsumsi
Nasi, sayur, tahu, tempe, daging, buah
 Nasi, biskuit, roti, buah  dan sayur.
2 . ELIMINASI


  1. Pola BAB
1x / hari
1x / hari
            Keluhan
Tidak ada keluhan
Tidak ada keluhan
            Konsistensi
Lunak
Lunak
  1. Pola BAK
5-7 x/ hari
7-8x/ hari
             Keluhan
Tidak ada
Tidak ada
             Warna
Kuning jernih
Kuning jernih
3. ISTIRAHAT


  1. Lamanya
8 jam / hari
Siang ± 2 jam
Malam ± 8 jam
4 . AKTIVITAS


  1. Aktivitas dirumah
Memasak, dan mencuci.
Memasak dan menyapu
  1. Aktivitas diluar rumah
Belanja
Belanja
  1. Aktivitas yang melelahkan
Mencuci
Tidak ada
5 . SEKSUAL


  1. Frekuensi
Tidak dikaji
Tidak dikaji
  1. Keluhan yang dirasakan
Tidak dikaji
Tidak dikaji
6 . KEBIASAAN BURUK YANG MEMPENGARUHI KESEHATAN


  1. Minum minuman keras
Tidak pernah
Tidak pernah
  1. Merokok
Tidak pernah
Tidak pernah
  1. Minum sembarang obat
Tidak pernah
Tidak pernah
  1. Minum kopi
Tidak pernah
Tidak pernah
  1. Minum softdrink
Tidak pernah
Tidak pernah
  1. Memakai pakaian ketat
Pernah
Tidak pernah
  1. Memakai sandal/sepatu hak tinggi
Tidak pernah
Tidak pernah


M.  PENGETAHUAN IBU TENTANG PERSALINAN
      1. Pengetahuan tentang cairan dan nutrisi pada ibu hamil
 Ibu mengatakan bahwa ibu hamil harus banyak minum dan    makan bergizi.
      2. Pengetahuan tentang kebutuhan istirahat dan aktivitas
Ibu mengatakan  selama hamil harus cukup istirahat
      3. Pengetahuan tentang perawatan payudara
          Tidak dikaji
      4. Pengetahuan tentang senam hamil
 Tidak dikaji
5.      Pengetahuan tentang tanda bahaya kehamilan dan penangananya
Ibu mengatakan belum mengetahui tanda bahaya kehamilan
6.      Pengetahuan tentang tanda-tanda persalinan
Tidak dikaji

II. Data Objektif
  1. Data Umum
1.    Keadaan umum      : sedang
2.    Kesadaran               : composmentis
3.    BB sebelum hamil  : 50 kg
4.    BB  sekarang          : 52 kg
5.    Tinggi badan           : 158 cm
6.    LILA                      : 24 cm

  1. TANDA-TANDA VITAL
1.    Tekanan Darah       : 120/80 mmHg
2.    Nadi                        : 80 x per menit
3.    Suhu                       : 36,8oC
4.    RR                          : 20 x per menit

  1. Status present
1.      Kepala                   : mesochepal, tidak ada benjolan, tidak ada nyeri
tekan, rambut dan kulit kepala bersih.
2.      Wajah                    : simestris, agak pucat, tidak kuning.
3.      Mata                      : simetris, tidak ikterik, konjungtiva pucat, tidak ada pus.
4.      Hidung                  : simetris, septum di tengah, tidak ada polip, tidak ada perdarahan.
5.      Mulut                    : simetris, bibir lembab, tidak ada luka, tidak ada karies gigi, dan lidah bersih.
6.      Telinga                  : simetris, tidak ada perdarahan, fungsi pendengaran baik
7.      Leher                     : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada pembesaran vena jugularis
8.      Dada                     : simetris, tidak ada tarikan dinding dada, pernafa
san teratur.
9.      Payudara               : simetris, tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan.
10.  Abdomen              : tidak ada luka bekas operasi,  tidak ada
pembesaran hati.
11.  Ekstremitas Atas   : teraba hangat, tidak pucat, tidak oedem, kapilary
refil < 2 detik
12.  Ekstremitas Bawah: kapilary refil > 2 detik, tidak oedem, tidak ada varises
13.  Punggung                 : simetris, tidak ada kelainan tulang, tidak ada nyeri ketuk pinggang.
14.  Genetalia               :  tidak oedem, tidak varises.
15.  Anus                      : tidak ada hemorroid


  1. STATUS OBSTETRI
    1. Muka                           : tidak ada chloasma gravidarum,
  tidak oedem
    1. Payudara                    
a . Inspeksi                     : areola menghitam, puting menonjol dan sedikit kotor
b . Palpasi                      : colostrum belum  keluar
    1. Abdomen
a . Inspeksi                            : ada linea gravidarum,
 tidak ada striae gravidarum
b . Palpasi Leopold
Leopold I                              : TFU setinggi pusat, tidak teraba bagian janin.
Leopold II                             :
Leopold III                           :
Leopold IV                           :
c . Auscultasi DJJ                  : tidak terdengar
d . TFU Mc.Donald              : 24 cm
e . TBJ                                   : tidak dikaji
    1. Panggul Luar
a. Distansia spinarum              : tidak dikaji
b. Distansia cristarum              : tidak dikaji
c. Distansia tuberum                : tidak dikaji
d. Conjugata Eksterna             : tidak dikaji
e. Lingkar Panggul                  : tidak dikajI
    1. Genetalai                                 : tidak oedem,tidak varises,flek darah
    2. VT                                           : tidak dilakukan

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan  darah lengkap :
      Hb                   : 9,4 gr                          (12-18)
      Gol. Darah      : A
      Ht                    : 40 %                          (36-46)
      Eritrosit           : 4,55 Jt/mmk              (4,10-5,30)
      MCH               : 35,00 Pq                    (31,00-37,00)
      MCV               : 86,00 Pq                    (80,00-99,00)
      Leukosit          : 10,3 ribu/mmk           (4,10-13,00 ribu)
      Trombosit        : 397 ribu/mmk            (140,0-440,0 ribu)
      Urea                : 20 mmol/                   (15-39)
      Kreatinin         : 1,23 mg/dl                 (0,6-1,3)
      SGOT              : 18 mg/dl                    (15-37)
      SGPT              : 42  mg/dl                   (30-65)           
      β hcg               : 5.052 mlu/ml
      Protein Urin    : Negatif
      Urin Reduksi   : Negatif
BAB IV
PENUTUP


A.    Simpulan
1.    Dalam pengkajian diawali dengan pengumpulan data melalui anamneses meliputi identifikasi klien atau suami, keluhan, riwayat menstruasi, riwayat perkawinan, riwayat kehamilan, riwayat persalinan dan nifas yang lalu, riwayat keluarga berencana, riwayat kehamilan sekarang, riwayat kesehatan, riwayat psikososial, pola pemenuhan kebutuhan dasar sehari-hari dan pengetahuan kehamilan dan persalinan.
2.     Dalam menegakkan suatu diagnosa atau masalah kebidanan berdasarkan pendekatan asuhan kebidanan yang didukung dan ditunjang oleh beberapa data, baik subjektif maupun objektif yang diperoleh dari hasil pengkajian yang dilakukan.
3.    Pada kasus Ny “I” dengan Mola Hidatidosa ditemukan masalah potensial yaitu terjadinya tumor trofoblast
4.     Pada kasus Ny “I” dilakukan tindakan kolaborasi pemberian cairan infuse RL dan kolaborasi untuk persiapan tindakan kolaborasi.
5.       Pada tinjauan pustaka perencanaan tindakan pada ibu antenatal dengan Mola Hidatidosa adalah dengan digital atau kuretase, pemberian obat antibiotic.
6.     Implementasi dilakukan berdasarkan penanganan menurut teori.
7.     Berdasarkan studi kasus pada Ny “I” dengan Mola Hidatidosa tidak ditemukan hal-hal yang menyimpang dari evaluasi tinjauan pustaka oleh karena itu bila dibandingkan secara garis besar tidak ditemukan kesenjangan.

B.     Saran
1.       Mahasiswa
Mahasiswa diharapkan dapat menerapkan dan mampu memberikan asuhan kebidanan pada ibu Hamil dengan Mola Hidatidosa
2.       Instituti
Instituti diharapkan dapat selalu memantau dan membimbing mahasiswa dalam melakukan asuhan kebidanan pada ibu Hamil dengan Mola Hidatidosa.

3.       Lahan praktek
Diharapka dapat mempertahankan asuhan Kebidanan diruangan pada klien dan tetap menjaga kualitas serta kuantitasnya.


















Tanggal / jam
Subjektif
Objektif
Assesment
Jam
Penatalaksanaan
9 Januari 2013

09.55 WIB




















































10
Januari 2013

07.00
WIB
















08.25
WIB
Ibu mengatakan bernama Ny. I, umur 28 tahun, hamil anak ke 1 belum pernah keguguran.
Ibu mengatakan hari pertama haid terakhirnya tanggal 7 September 2012.
Ibu mengatakan  sering mengalami mual muntah sejak awal kehamilan dan keluar darah dari jalan lahir sejak tanggal 8 Januari 2013 pukul 06.15 WIB keluar flek darah. pukul 18.00 WIB ibu datang ke dokter dan di anjurkan untuk kuret. tanggal 9 januari 2013 pukul 09.45 ibu datang ke RSUD Kraton







































-Ibu mengatakan masih mengeluarkan flek darah
-Ibu mengatakan merasa cemas

















Ibu mengatakan merasa lemas

Data Dasar:

-KU  : sedang
-Kesadaran : composmentis
-TD : 120 / 80 mmHg
-N   : 88 x/menit
-S    : 36,8 0C
-RR: 20 x/menit
-BB sebelum : 50 kg
-BB sekarang : 52 kg

Status Obstetri :

-Muka : tidak oedem, tampak pucat, tidak ada chloasma gravidarum
-Payudara : ada hiperpigmentasi pada areola, putting susu menonjol
-Abdomen : tidak ada luka bekas operasi SC, ada linea nigra, tidak ada strie gravidarum, TFU setinggi pusat, tidak teraba bagian janin, DJJ tidak terdengar
-Genetalia : tidak oedem, tidak varises, ada flek darah

Pemeriksaan penunjang :

-Hb : 9,4 gr%
-Golda : A
-Βhcg :  5.052 mIu/ml
-Protein urine : -negative
Urin reduksi : negative


















-KU            : sedang
-Kesadaran : composmentis
-TD             : 110 / 80 mmHg
-N               : 86 x/menit
-S                : 36, 7 0C
-Rr              : 22 x/menit

-Pemeriksaan penunjang :
-Hb : 9,6 gr% 
-Βhcg :  5.052 mIu/ml







-KU            : sedang
-Kesadaran : composmentis
-TD             : 100 / 70 mmHg
-N               : 84 x/menit
-S                : 36 0C
-Rr              : 22 x/menit


Diagnosa aktual
Ny. I, 28 tahun, G1P0A0, hamil 18 minggu dengan Mola Hidatidosa

Diagnosa potensial dan antisipasi
-          Berikan antibiotik : amoxicillin 3 x 500 mg untuk mencegah terjadinya infeksi pada ibu
-          Pasang infuse 10 IU oksitosin dalam 500 ml RL 40  tpm sbg tindakan preventif terhadap perdarahan hebat dan efektivitas kontraksi terhadap pengosongan uterus secara cepat dan mencegah terjadinya perforasi uterus


































Diagnosa aktual
Ny. I, 28 tahun, G1P0A0, hamil 18 minggu dengan Mola Hidatidosa Pra curretage
















Diagnosa aktual
Ny. I, 28 tahun, dengan post curettage Mola Hidatidosa









09.55




10.00




10.10



10.15








10.30





10.45



12.20





13.55





14.05




07.30






07.35





07.40







08.00





08.35



09.00



09.20









16.45







17.30

















- Memberikan antibiotik : amoxicillin 3 x 500 mg untuk mencegah terjadinya infeksi pada ibu
Evaluasi : ibu sudah meminum antibiotic

- Memasang infuse 10 IU oksitosin dalam 500 ml RL 40  tpm sbg tindakan preventif
Evaluasi : infuse telah terpasang 40 tpm lancar

-Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa keadaan ibu dan janin kurang baik
Evaluasi : ibu terlihat khawatir

-Memberitahu ibu tentang keluhan yang dirasakan bahwa gejala yang dirasakan ibu itu tanda- tanda hamil anggur. Hamil anggur ini membuat janin tidak berkembang hanya berupa gumpalan- gumpalan seperti anggur. Untuk itu ibu harus menjalani kuretase karena jika tidak dilakukan bisa menyebabkan tumor
Evaluasi : Ibu mengerti terhadap penjelasan bidan

-memberikan ibu support mental kepada ibu supaya
ibu tidak cemas dan tetap tenang
Evaluasi : ibu  lebih tenang

-melakukan pemeriksaan rontgen
Evaluasi : hasil rontgen terlihat adanya gelembung pada rahim ibu

-Melakukan infrom consent kepada ibu dan keluarga bahwa akan dilakukan kuretase pada tanggal 10 september 2012
Evaluasi : ibu dan keluarga setuju untuk dilakukan tindakan kuretase

-Mempersiapkan ibu untuk kuretase yaitu dengan mrnganjurkan ibu berpuasa dari jam 12 malam hingga tiba waktu curretage.
Evaluasi : ibu bersedia berpuasa

-Menganjurkan ibu untuk istirahat
Evaluasi : ibu bersedia untuk istirahat


-Memberitahu ibu hasil pemeriksaan
TD      : 110 / 80 mmHg
N        : 86 x/menit
S         : 36,7 0C
Rr       : 22 x/menit

-Memberikan ibu dukungan supaya ibu tidak cemas dan lebih tenang
Evaluasi: ibu merasa lebih tenang

-Mempersiapkan ibu untuk dilakukan tindakan curettage, yaitu memakaikan baju operasi, topi operasi dan mengantar ibu ke ruang operasi

-Melakukan kolaborasi dengan Dr. Obgien untuk tindakan kuretase pada ibu
Evaluasi : kuretase telah dilakukan


-Menganjurkan ibu untuk istirahat
Evaluasi : ibu berbaring di tempat tidur


-Menganjurkan ibu untuk minum dan apabila merasa sudah tidak mual ibu diperbolehkan makan.
Evaluasi: ibu minum satu gelas teh hangat

-Melakukan kolaborasi dengan petugas Lab CITO untuk pemeriksaan Hb
Evaluasi : Hb 9,2 gr%

-Memberikan ibu penjelasan untuk melakukan pemeriksaan ulang 7 hari lagi di rumah sakit, untuk mengetahui ada tidaknya keganasan dan memberikan ibu obat oral yaitu amoxicilin 3x500 mg, sulfaferosus  3x60mg, vitamin B komplek 3x50mg, asamefenamat 3x500mg, vitamin C  3x50 mg
Evaluasi : ibu mengerti dengan penjelasan bidan dan akan datang kembali untuk melakukan pemeriksaan

-memberikan pendidikan kesehatan tentang gizi dan menjelaskan kepada ibu untuk menunda kehamilan selama 1 tahun setelah kuret
Evaluasi : ibu faham dan bersedia melakukan anjuran bidan


-Ibu pulang dengan keadaan baik
TD        : 100 / 70 mmHg
N          : 84 x/menit
S           : 36 0C
Rr         : 22 x/m
















DAFTAR PUSTAKA

Prawirohardjo, Sarwono. 2008.  Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT.Bina Pustaka.
Prawirohardjo, Sarwono. 2008.  Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : PT.Bina Pustaka.
Manuaba. 2009. Buku Ajar Ginekologi Mahasiswa Kebidanan. Jakarta: EGC.
Mansjoer , Arif, dkk.2007. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media    Aesculapius.
Pudiastuti, Ratna Dewi. 2012. Asuhan Kebidanan pada Hamil Normal dan Patologi. Yogyakarta : Nuha Medika.
Kep.MenKes RI No. 1464/MENKES/PER/X/2010








Lampiran
1.       Fidya Turohmah
Mengapa dilakukan rontgen ?
Jawab : Karena rontgen dilakukan untuk menentukan ada tidaknya metastasis sel-sel trofoblas pada paru-paru.  (ilmu kandungan. Sarwono,2009 : hal 263 )

2.       Yunita Ratnadevi
Apa hubungannya  pengkajian budaya keluarga yang dianut terhadap kehamilan dan persalinan dengan resiko pada molahidatidosa ?
Jawab : hubungan  pengkajian budaya keluarga yang dianut terhadap kehamilan dan persalinan menjadi faktor resiko pada molahidatidosa yaitu kekurangan protein dan keadaan sosial ekonomi yang rendah. Selain kekurangan protein berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh prof. Adrijono ,SpOG(k) konsultan onkologi ginekologi FKUI. Menyatakan bahwa salah satu yang diduga kuat sebagai penyebab terjadinya hamil anggur adalah kekurangan vitamin A.(http://www.jurnalmedika.com/)

3.       Rafika dwi Oktantri
Untuk penatalaksanaan apabila dilakukan kuretase apakah harus diberi oksitoksin ?
Apakah oksitoksin yang diberikan sama dengan yang diberikan saat persalinan ?
Jawab : Infus 10 IU oksitosin dalam 500 ml RL 40  tpm perlu diberikan sebagai tindakan preventif terhadap perdarahan hebat dan efektivitas kontraksi terhadap pengosongan uterus secara cepat dan mencegah terjadinya perforasi uterus. (Maternal dan neonata. lSarwono, 2008 : h.157)

4.       Nunung Fariska
Kapan post kuretase dianjurkan untuk makan?
Jawab : Setelah kuret selesai dan ibu sudah mulai sadar, bidan akan membantu ibu secara bertahap belajar miring atau bila tidak pusing ibu akan dibantu duduk. Ibu boleh minum bila sudah ada anjuran dari tenaga kesehatan yang merawat. Sebaiknya jangan langsung makan makanan padat, mulailah dengan minum  hangat dahulu. Lalu dilanjutkan dengan latihan duduk dan jalan. Bila masih pusing jangan memaksakan diri. Sedapat mungkin latihan bergerak secara bertahap agar membantu mempercepat proses pemulihan tubuh ibu setelah menjalani kuret. Setelah kuret dianjurkan untuk minum air putih yang cukup dan segera mencoba buang air kecil, jangan ditahan.

5.       Riski Aulia Rahmawati
Mengapa pada riwayat psikososial (penerimaan ibu pada saat proses kehamilan  dan penerimaan keluarga terhadap kehamilan ) tidak dikaji ?
Jawab : Karena pada pemberitahuan keadaan ibu dan informend concent telah diberitahukan keadaan kehamilan ibu dan janin yang kurang baik. Sehingga tidak dilakukan pengkajian secara langsung untuk menanyakan keadaan psikologis ibu.

6.       Makhrifatul Impriyah
Mengapa seminggu setelah kuretase dilakukan kuretase ulang ?
Jawab : Dilakukan kuretase ulang apabila kadar β HCG masih tinggi yaitu diatas 100.000 IU/L dan masih terdapat sisa- sisa trofoblas yang menjadi ganas. (Maternal dan neonata. lSarwono, 2008 : h.157)

7.       Riski Dinayanti
Apa diagnosa potensial pada kasus ini ?
Jawab : Perdarahan hebat, anemis, syok, infeksi, perforasiuterus,keganasan (korio karsinoma ). (Maternal dan neonata. lSarwono, 2008 : h.156)
 Kapan dilakukan observasi post kuretase ?
Jawab : observasi dilakukan 2 jam setelah post kuret

8.       Naili Fetiana
Mengapa tidak dilakukan aspirasi vakum saja ?
Jawab : karena di fasilitas kesehatan tersebut belum mempunyai alat untuk aspirasi vakum jadi pasien tersebut di kuret.

9.       Nila nimas puspitasari
Apakah pemasangan laminaria perlu dilakukan dalam kasus ini ?
Jawab : pada kasus molahidatidosa yang belum keluar gelembungnya, harus dipasang dahulu laminaria stift (12 jam sebelum kuret), sedangkan pada kasus yang sudah keluar gelembungnya, dapat segera dikuret setelah keadaan umumnya distabilkan. (Obstetri Patologi.FKUNPAD,2005 ; hal 32 )

10.    Ari trihidayati
Apakah perlu dilakukan transfusi setelah kuretase ?
Jawab : Jika pasien mengalami anemia sedang maka cukup diberikann sulfas ferosus 600 mg/hari, dan untuk anemia berat lakukan transfusi.  (Maternal dan neonata. Sarwono, 2008 : h.157)

11.    Laely mafrukhah
Apakah pada kasus mola hidatidosa perlu dilakukan VT ?
Jawab : pada kasus molahidatidosa perlu dilakukan VT karena untuk mengetahui adanya pembukaan dan pengeluaran gelembung mola serta untuk pemasangan laminaria.

12.    Nindia asriningtyas
Bagaimana perbedaan palpasi janin dan palpasi mola ?
Jawab : Pada palpasi molahidatidosa uterus tumbuh lebih cepat dari pada kehamilan seperti biasa, pada uterus yang besar ini tidak terdapat tanda- tanda  janin didalamnya, seperti ballotement saat palpasi, gerak janin pada auskultasi.  . (ilmu kandungan. Sarwono,2009 : hal 263 )